close

Dorong Pengembangan Startup, Mahasiswa Perlu Dibekali Kompetensi Wirausaha

Jakarta – Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam mengungkapkan transformasi digital yang terjadi secara global telah mendorong Indonesia menjadi negara yang unggul dalam melahirkan perusahaan rintisan (startup). Dilansir dari The Global Unicorn Club, fakta menunjukkan ternyata Indonesia unggul. Dari 10 Unicorn yang lahir di Asia Tenggara, 5 di antaranya lahir dan besar di Indonesia.

“Dengan penguasaan teknologi dan kreativitas lokal, lahirlah Gojek dengan kearifan lokal. Aplikasi ini hanya ada di Indonesia, lahirlah ekonomi yang tumbuh sangat besar ratusan triliun rupiah dari ide tersebut. Kemudian ada Tokopedia, Traveloka, Bukalapak dan banyak lagi startup-startup yang lahir,” ungkap Nizam saat menjadi pembicara pada Webinar yang bertajuk “Startup adalah Impian” yang diselenggarakan oleh Universitas Kristen Petra Surabaya, Rabu (18/8).

Dengan 5 Unicorn yang dimiliki, menjadikan Indonesia berada di peringkat ke-2 di Asia. Untuk itu, Nizam optimistis Indonesia memiliki peluang yang sangat luas dan terbuka dalam mengembangkan startup.

Pada kesempatan ini, Nizam mengapresiasi Universitas Kristen Petra Surabaya dalam mendorong lahirnya startup muda yang lahir dari Universitas Kristen Petra. “Socialpreneurship, Ecopreneurship itu adalah lahan yang belum banyak dimasuki dan masih sangat terbuka bagi adik-adik sekalian,” kata Nizam.

Menurut Nizam, kewirausahaan merupakan bidang yang sangat penting karena mahasiswa saat ini banyak yang ingin memiliki perusahaan sendiri dan menjalankan bisnis sendiri. Di sisi lain, meski jumlah startup di Indonesia tinggi, namun Index Global Entrepreneurship (GEI) masih rendah. Untuk itu, Nizam mendorong agar mahasiswa harus disiapkan dari awal dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi wirausahawan.

Baca Juga :  Kolaborasi Perguruan Tinggi Indonesia dan Luar Negeri Lewat RISPRO-PRIME dan UKICIS

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah mendorong akselerasi kewirausahaan mahasiswa melalui Kampus Merdeka. “Dengan program Kampus Merdeka, mahasiswa dapat menginisiasi startup didukung dengan program-program sehingga mahasiswa memiliki kemampuan wirausaha yang baik dengan dimentori oleh para wirausaha yang berpengalaman dan berhasil, ditemukan dengan modal ventura, pendampingan dan sebagainya,” terang Nizam.

Lebih lanjut, Nizam menjelaskan program Kampus Merdeka dirancang agar perguruan tinggi dapat melakukan disrupsi dengan mengubah pendekatan yang preskriptif menjadi lebih fleksibel, kaya makna dan merdeka bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensi bakatnya, passion, dan juga aspirasinya. Melalui Kampus Merdeka, mahasiswa berkesempatan mengambil 20 sks mata kuliah lintas prodi dan 40 sks di kampus kehidupan atau dunia profesi. “Tahun ini atau semester depan ini kita akan menyiapkan program-program Kampus Merdeka di tingkat nasional di samping program-program Kampus Merdeka yang sudah disiapkan masing-masing perguruan tinggi,” pungkasnya.

Adapun program-program Kampus Merdeka ini bertujuan untuk menyiapkan para mahasiswa untuk menjadi lulusan yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan di masa depan. Pasalnya Nizam menyebut bahwa menurut prediksi McKinsey, 23 juta pekerjaan akan hilang di Indonesia digantikan oleh otomasi, sistem cerdas, Internet of Things, dan sebagainya. Namun, peluang pekerjaan baru dua kali lipat dari yang hilang bahkan 10 juta di antaranya belum pernah ada. Untuk itu, ia berharap para mahasiswa dapat menjadi bagian dari pencipta lapangan pekerjaan masa depan tersebut. Sekaligus ini menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan para mahasiswa untuk menjadi sarjana yang bisa bekerja di dunia yang hari ini belum ada.

Baca Juga :  Inovasi Mahasiswa ITS untuk Laut Bebas Mikroplastik

“Jika nanti adik-adik lulus dunianya sudah berubah lagi dengan dunia yang hari ini kita hadapi bersama. Oleh karena itu, kita harus punya lulusan yang lebih adaptif, lebih fleksibel, lebih kreatif untuk bisa menjadi complex problem solver di masa depan karena permasalahan yang dihadapi di masa depan akan semakin kompleks. Untuk itu, kolaborasi lintas keilmuan sangat diperlukan, semangat entrepreneurship sangat dibutuhkan, dan aktivitas-aktivitas multidisipliner sangat perlu sekali kita kerjakan,” ucap Nizam.

Nizam pun berpesan kepada para mahasiswa Universitas Kristen Petra untuk menyiapkan masa depannya sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki. “Dunia sangat luas dan masa depan sangat luas, jadi jangan sampai potensi dan keluasan dunia itu adik-adik sempitkan sendiri. Mohon rektor dan rekan-rekan dosen untuk memastikan ini, untuk menyalurkan dan mengembangkan potensi adik-adik juga membuka potensi sehingga adik-adik ini bisa menjadi terbaik dari dirinya,” ujarnya.
(YH/DZI/FH/DH/NH/SH)

Humas Ditjen Diktiristek
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman : www.dikti.kemdikbud.go.id
FB Fanpage : @ditjen.dikti
Instagram : @ditjen.dikti
Twitter : @ditjendikti
Youtube : Ditjen Dikti
E-Magz Google Play : G-Magz
Tiktok : Ditjen Dikti