close

I-Mask, Gagasan Mahasiwa ITS Guna Minimalisir Penularan Covid-19

ITS I-Mask 1
(kanan) Rahmadilla Primasiwi Nugraha, (dari kiri atas) Ilul Rohman, Hartandi Wisnumukti, (dari kiri bawah) Irfan Dhiarinda Hamdi, dan Rizqullah Fadhil Rafi sebagai tim penggagas inovasi I-Mask

Kampus ITS, ITS News – Indonesia dinyatakan sebagai negara urutan pertama di Asia Tenggara dengan jumlah kematian terbanyak karena Covid-19. Hal tersebut membuat duet tim mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Departemen Teknik Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinisiatif untuk menurunkan jumlah kematian Covid-19 melalui inovasi I-Mask.

Tim I-Mask yang terdiri dari lima mahasiswa yakni Rahmadilla Primasiwi Nugraha, Ilul Rohman, dan Hartandi Wisnumukti dari Departemen Teknik Elektro, serta Irfan Dhiarinda Hamdi dan Rizqullah Fadhil Rafi dari Departemen Teknik Komputer ITS. Kelimanya berhasil menggagas sebuah sistem pendeteksi masker dengan menggunakan Machine Learning dan terintegrasi dengan Internet of Thing (IoT) untuk memantau penggunaan masker di suatu tempat yang diberi nama I-Mask.

Tetapi, lanjut Dilla, kesadaran masyarakat Indonesia dalam mengenakan masker hanya sekitar 59,32 persen. “Angka tersebut dirasa cukup kecil, sehingga muncul ide untuk menggagas I-Mask ini sebagai upaya penyadaran masyarakat,” ungkapnya.

ITS I-Mask 2
Rahmadilla Primasiwi Nugraha, ketua tim mahasiswa ITS penggagas I-Mask menunjukkan gambaran karya timnya

Lebih dalam, Dilla menjelaskan, I-Mask ini dirancang dengan maksud agar dapat meminimalisir penularan Covid-19, mendukung penerapan kehidupan normal baru yang sekarang sedang berjalan sekaligus mengingatkan pentingnya penggunaan masker. Selain itu, I-Mask, menurut Dilla, juga dapat memfasilitasi pemerintah dalam mempermudah proses monitoring penggunaan masker masyarakat di suatu tempat.

Selaku ketua tim, Rahmadilla Primasiwi Nugraha atau Dilla sapaan akrabnya mengatakan, rata-rata jumlah orang positif Covid-19 per harinya di Indonesia mencapai 5.712 jiwa. Hal ini, menurutnya, menjadikan penggunaan masker saat ini sangat penting karena dapat memproteksi diri dari penyebaran virus.

Baca Juga :  Tim Atmos UGM Raih Juara 1 pada Paper Competition Petroforia 2021

Tetapi, lanjut Dilla, kesadaran masyarakat Indonesia dalam mengenakan masker hanya sekitar 59,32 persen. “Angka tersebut dirasa cukup kecil, sehingga muncul ide untuk menggagas I-Mask ini sebagai upaya penyadaran masyarakat,” ungkapnya.

Lebih dalam, Dilla menjelaskan, I-Mask ini dirancang dengan maksud agar dapat meminimalisir penularan Covid-19, mendukung penerapan kehidupan normal baru yang sekarang sedang berjalan sekaligus mengingatkan pentingnya penggunaan masker. Selain itu, I-Mask, menurut Dilla, juga dapat memfasilitasi pemerintah dalam mempermudah proses monitoring penggunaan masker masyarakat di suatu tempat.

ITS I-Mask 3
Tampilan aplikasi I-Mask buatan tim mahasiswa ITS

Dipaparkan Dilla, cara kerja dari I-Mask sendiri diawali dari proses pendeteksian oleh sistem apakah orang tersebut mengenakan masker atau tidak. Video deteksi ini nantinya akan terkirim ke sebuah cloud server yang terintegrasi dengan sebuah aplikasi. Sehingga orang yang tidak mengenakan masker akan terdeteksi dan tidak dapat memasuki ruang yang dirancang terintegrasi dengan pintu otomatis. “Jadinya pintu hanya terbuka bagi yang memakai masker dan alarm berbunyi bagi yang terdeteksi tidak memakai masker,” sambung mahasiswi asal Malang ini.

Menariknya, lanjut Dilla, aplikasi I-Mask ini memiliki beberapa fitur yang memberikan informasi mengenai kondisi suatu tempat. Mulai dari jumlah pengunjung, laporan mingguan dari jumlah pengunjung tempat tersebut, lokasi sistem I-Mask terpasang, live update dari camera capture, hingga data statistik yang menunjukkan kondisi dari tempat tersebut. “Sehingga pengunjung tahu apakah tempat tersebut telah memenuhi standar protokol kesehatan atau belum,” jelasnya.

Baca Juga :  IPB resmikan Rumah Sakit Lapangan, untuk Tangani Pasien COVID-19 Gejala Sedang
ITS I-Mask 4
Berbagai macam fitur aplikasi I-Mask dalam membantu mengurangi penularan Covid-19

Dilla menambahkan, I-Mask buatan timnya dapat dikatakan memiliki berbagai macam keunggulan, seperti memudahkan dalam memonitoring penggunaan masker di suatu tempat. Selain itu, harga produksi dan perawatan dari I-Mask tidak terlalu mahal, waktu operasi sistem 24 jam sehingga pemantauan datanya real-time, hemat ruang dan sangat praktis. “Berbagai keunggulan tersebut yang menjadikan inovasi I-Mask belum dimiliki oleh gagasan inovasi sejenis lainnya,” ujar mahasiswi angkatan 2018 ini.

Kerja keras tim I-Mask tersebut telah berhasil membuahkan prestasi yang membanggakan. Inovasi yang berjudul I-Mask: Mask Detection System using Machine Learning and Integrated with IoT for Monitoring the Use of Masks in a Place dengan sukses mengantarkan tim yang dibimbing oleh Arief Kurniawan ST MT ini sebagai juara pertama pada International IoT Challenge 2021.

ITS I-mask 4
Tim I-Mask ITS saat diumumkan sebagai juara pertama pada International IoT Challenge 2021

Pada kompetisi yang digelar oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pada 23 Mei lalu ini, tim I-Mask berhasil menyingkirkan 79 inovasi dari seluruh dunia sekaligus mengungguli King Mongkuts Institute of Technology Ladkrabang dari Thailand yang dinobatkan sebagai juara kedua.

Ke depan, alumnus SMAN 1 Malang ini berharap bahwa I-Mask buatan timnya dapat dilakukan pengembangan lebih lanjut agar inovasi ini bisa lebih sempurna dan dapat benar-benar diproduksi untuk membantu bangsa Indonesia. “Harapannya, alat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dalam mengurangi penyebaran Covid-19 dan memberi rasa aman bagi mereka dalam kehidupan normal baru,” tandasnya penuh harap. (HUMAS ITS)

Sumber : its.ac.id/news