close

Inovasi IPB 4.0 Siap Diimplementasikan di Tingkat Nasional

Rektor IPB University, Prof Arif Satria memberikan pemaparan terkait kinerja kampus IPB University kepada alumninya yang bekerja di bidang media, 16/3. Pemaparan ini dimaksudkan untuk mendapat masukan dan saran dari alumni terhadap kinerja yang sudah dicapai dan akan dicapai di masa mendatang.

“Saya ingin mendapatkan insight baru dari para alumni tentang apa saja yang perlu dieksplor oleh IPB University ke depan, terutama dalam mengembangkan inovasi untuk menyelesaikan permasalahan bangsa ini,” ujar Prof Arif Satria.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Arif Satria memaparkan prestasi IPB University baik di tingkat nasional dan internasional. Tercatat bahwa IPB University berhasil menempati urutan pertama nasional untuk subject Agriculture and Forestry, subject Environmental Sciences, dan subject Biological Sciences berdasarkan pemeringkatan The Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WUR) by Subject tahun 2021. Tahun ini juga, IPB University berhasil mencatatkan subject baru yaitu Economics and Econometrics. Pada subject ini, IPB University berhasil menempati urutan ketiga nasional dan peringkat 401-450 dunia.

Sebagai kampus yang terkenal inovasinya, lanjut Prof Arif Satria, IPB University masih berada di  urutan pertama sebagai penyumbang inovasi paling prospektif terbanyak di Indonesia. Berdasarkan rilis Bussiness Innovation Center (BIC), sejak tahun 2008 IPB University telah menyumbang 43,1 persen inovasi paling prospektif nasional.

Prof Arif Satria menjelaskan, inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh IPB University dikelompokkan menjadi lima bidang yaitu smart farming dan manajemen lingkungan 4.0; produktivitas; substitusi impor, diversifikasi pangan, dan obat herbal; inovasi sosial serta biomaterial.

Baca Juga :  Mahasiswa Vokasi UNAIR Ciptakan Produk Fashion Ramah Disabilitas

Inovasi IPB University di bidang smart farming dan manajemen lingkungan 4.0 meliputi Preci Palm, Deteksi Pintar Kematangan Buah, Smart Integrated Pest Management, Sea Farming, Apartemen Kepiting, Prediksi Kebakaran Hutan, Smart Seeds, Deteksi Pintar Kesehatan Tanaman Padi, Sistem Pintar Deteksi Konversi Lahan, Teknologi Mesin Transporter dan Pemupukan Presisi serta Sistem Pintar Pengelolaan Pesisir.

IPB University telah berhasil menciptakan 57 varietas. Varietas tersebut antara lain benih padi IPB 3S, Pepaya Calina, Kacang Tunggak Albina, Cabai Bonita, Pupuk dan Pestisida Hayati, serta rumpun ayam.

“Inovasi yang dihasilkan IPB University untuk substitusi impor dan diversifikasi pangan juga tidak kalah banyak,” ujar Prof Arif Satria.

Inovasi yang dimaksud antara lain beras analog dari jagung, singkong, sagu, sorgum, ubi dan ubi ungu. Tidak hanya itu, IPB University juga telah berhasil menghasilkan mie non terigu seperti mie jagung, mie singkong, mie sukun, dan mie ganyong. Untuk pengobatan herbal, IPB University memiliki inovasi yang bernama Glucodiap dan obat herbal seperti Cajuput Candy.

Di bidang sosial, IPB University juga tidak ketinggalan dalam menghasilkan berbagai inovasi. Inovasi IPB University di bidang sosial antara lain Data Desa Presisi, Sekolah Peternakan Rakyat, Tani Center, Animal Health Telemedicine, Agribusiness Technology Park, dan One Village one CEO.

Baca Juga :  INDONESIA MASIH BERJUANG HADAPI KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN KOMPLIKASI PERSALINAN YANG RUMIT

Adapun di bidang biomaterial, IPB University telah berhasil menciptakan green helm dari limbah sawit, rompi anti peluru, material cerdas pelapis pesawat anti radar dan green kosmetika.

“IPB University terus berusaha berkiprah bagi masyarakat dengan inovasi-inovasinya. Untuk itu, kami berusaha menggandeng industri dan perbankan maupun pemerintah untuk menyebarluaskan inovasi-inovasi tersebut,” tegas Prof Arif Satria.

Dirinya menyebut, beberapa perbankan seperti Bank BRI dan BNI serta beberapa industri telah sepakat untuk menggunakan inovasi yang dihasilkan oleh IPB University. Inovasi IPB University yang sudah digunakan oleh industri antara lain Preci Palm yang digunakan oleh PT Perkebunan Nusantara 8 untuk tanaman sawit. Sementara, inovasi yang akan digunakan oleh pihak perbankan adalah sistem monitoring pinjaman secara digital.

Terkait prestasi dan usaha tersebut, Neneng Herbawati, alumnus IPB University dari Program Studi Biologi turut memberikan apresiasi yang tinggi. Dirinya menyebut, kerjasama IPB University dengan industri bisa lebih spesifik.

“Sekarang kan eranya kolaborasi, jadi kalau bisa IPB University dapat berkolaborasi dengan industri dan perguruan tinggi dalam memajukan pertanian nusantara,” ujar Neneng.

Kalau bekerjasama dengan perbankan, lanjutnya, kerjasama yang dijalin oleh IPB University diharapkan bisa lebih spesifik.

Neneng mencontohkan, program one village one CEO dapat disinergikan dengan perbankan dalam pembiayaan. Dengan demikian, diharapkan transfer knowledge dapat terjadi dari IPB University kepada masyarakat. (RA)