close

Alat Kesehatan Pengukur Kontraksi Otot Karya Anak Bangsa

Jakarta – Untuk mendukung kemandirian bangsa di bidang kesehatan, perguruan tinggi Indonesia bahu membahu melakukan berbagai riset dan inovasi alat kesehatan. Salah satunya, Universitas Diponegoro (Undip) yang berhasil menghadirkan alat pengukur kekuatan kontraksi otot bernama MyoMes. Melalui MyoMes, Undip berupaya untuk menghadirkan alat pendeteksi kontraksi otot berharga murah sekaligus mereduksi jumlah impor alat kesehatan di Indonesia.

Hartanto selaku tim Universitas Diponegoro mengatakan bahwa awalnya produk ini digagas untuk mendeteksi kesalahan amputasi pada otot. Namun, seiring berjalannya waktu, ternyata banyak persoalan kesehatan yang dapat dideteksi oleh alat ini, di antaranya stroke dan stunting.

Lebih lanjut, Hartanto juga menjelaskan keistimewaan MyoMes yang mampu mendeteksi segala permasalahan otot dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan efek samping pada penggunanya. Hanya dengan cara menempelkan konektor MyoMes ke tangan pengguna, alat ini dapat mendeteksi permasalahan otot menggunakan surface sensor sehingga tidak perlu melakukan tindakan operasi.

Baca Juga :  UGM Dorong Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Lewat Merdeka Belajar

“Saat ini MyoMes masih merupakan pilot project yang mampu mendeteksi kontraksi otot yang selama ini terjadi pada manusia. Penggunaan MyoMes dapat dilakukan dengan menempelkan konektor pada tangan pengguna. Ketika pengguna mengepalkan telapak tangannya, maka akan terlihat level kekuatan otot tangan pengguna yang akan terbaca selama 5 detik,” ujar Hartanto saat ditemui di Pameran Hakteknas 2023, Sabtu (12/8).

Dalam proses realisasi produk ini, tim Undip tidak terlepas dari dukungan Kedaireka. Berkat Kedaireka, mereka bisa mendapatkan pendanaan Matching Fund serta menggaet mitra yang sejalan dengan bidang produk MyoMes, yaitu kesehatan sehingga pengembangan produk bisa berjalan secara optimal.

“Ini adalah produk dari program Kedaireka selama dua tahun, yaitu 2022 sampai 2023. Kedaireka sangat membantu kami dalam tahap development. Dalam hal ini, kita bisa memilih perusahaan sendiri yang sejalan,” ucap Hartanto.

Baca Juga :  plt. Dirjen Dikti Tinjau Pelaksanaan UTBK-SBMPTN 2020

Setelah berhasil melahirkan produk inovasi MyoMes, Hartanto dan tim akan melanjutkan pengembangan produk ini dengan membuat aplikasi realtime terukur yang mampu mendeteksi perkembangan angka penderita stunting di indonesia melalui pengukuran jarak jauh. Tujuan tersebut sejalan dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk mewujudkan penurunan angka stunting sebanyak 14 persen di tahun 2024.

“Kalau bisa ke depannya MyoMes akan dikembangkan Internet of Things (IoT)-nya menjadi sistem Artificial intelligence sehingga tenaga kesehatan mampu mendeteksi anak stunting tanpa merasa kesulitan,” tutup Hartanto.

Humas Ditjen Diktiristek
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi