Gotong Royong Perguruan Tinggi Indonesia Menuju Universitas Berkelas Dunia

Tangerang Selatan – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya memperkuat perguruan tinggi Indonesia menjadi universitas kelas dunia (UBD). UBD merupakan kegiatan yang meliputi pengelolaan universitas dengan baik, pemberian pengajaran yang berstandar internasional, dan pengaktualan kerja sama universitas di level dunia sebagai hasil dari talenta-talenta global yang dimiliki oleh sivitas akademika perguruan tinggi.

Inti sari dari perwujudan universitas berkelas dunia ialah sebuah ajang kolaborasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia untuk mengembangkan dan menghasilkan ilmu pengetahuan, sehingga menghasilkan produk penelitian yang berkualitas dengan kapasitas lulusan-lulusannya yang unggul dan dapat menjadi pemimpin, serta mampu berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan di dunia.

“Manfaat dari universitas berkelas dunia ialah adanya kepercayaan dari stakeholder luar pada institusi. Tidak hanya itu, pencanangan universitas berkelas dunia pun dapat menjadi bekal para dosen dan mahasiswa agar lebih percaya diri,” ungkap Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Ova Emilia dalam diskusi Top Executive University Gathering, Kamis (26/1).

Peran pimpinan menjadi aspek penting dalam UBD, khususnya dalam membangun komitmen terhadap seluruh elemen perguruan tinggi. Ova menegaskan komitmen pimpinan dan seluruh jajaran menjadi hal yang penting sebagai pemegang kontrol dalam meningkatkan input, output, dan outcome proses serta meningkatkan sarana dan prasarana, juga sistem kerja universitas.

Baca Juga :  Nusantara Berkisah MAC UI Tampilkan Pahlawan Dalam Laku Lain

“Jika perlu, perguruan tinggi dapat melakukan standarisasi program studinya untuk kelas dunia,” imbuh Ova.

Pada kesempatan yang sama, Rektor UGM Periode 2017-2022 Prof. Panut Mulyono turut menyampaikan bahwa tujuan dari universitas berfokus pada kontribusi untuk bangsa dan negara. Kontribusi yang baik berkaitan dengan kualitas dan standar yang dimiliki perguruan tinggi tersebut.

“Penyadaran akan kualitas itu merupakan tujuan utama, dan masyarakat dunia saat ini masih memanfaatkan perangkingan sebagai tolak ukur. Maka dari itu tidak ada salahnya, kita sasar tolak ukur yang ada di perangkingan itu dengan sebaik-baiknya,” tutur Panut.

Lebih lanjut, untuk mencapai UBD, menurut Panut pimpinan perlu melakukan kolaborasi antarperguruan tinggi karena kerja sama menghasilkan kebermanfaatan antar sesama. Problem solving dan penggerakan potensi institusi juga perlu ditekankan, guna menjadi solusi dalam penyelesaian permasalahan di Indonesia.

Senada, Rektor Institut Teknologi Bandung Reini Wirahadikusumah mengatakan, “Kolaborasi antarperguruan tinggi adalah salah satu hal yang berkaitan dengan network perguruan tinggi itu sendiri dan ini merupakan hal yang paling penting serta merupakan aset utama yang harus dijaga.”

Turut berbagi pengalaman sebagai pemimpin dalam membangun universitas berkelas dunia, Rektor IPB University Arif Satria menerangkan pemimpin perguruan tinggi perlu membangun mindset akan kekuatan dari kemauan.

“Kemampuan dapat membuat kamu berada di puncak, tapi itu bukan karakter yang bisa membuat kamu bertahan di puncak. Akan tetapi, jika kita sudah mampu bertahan di puncak, kita harus membuat puncak-puncak baru untuk mengasah kemampuan yang kita miliki,” ungkap Arif.

Baca Juga :  ITS Borong Penghargaan di Singapore Model United Nations 2021

Prof. Zaini selaku Vice-Chancellor University of Technology Malaysia (UTM), turut berbagi cerita sukses dalam membangun UBD. Menurutnya, perguruan tinggi harus menciptakan rasa urgensi kepada seluruh elemen di dalamnya terhadap pentingnya menjadi universitas kelas dunia.

Dalam bersaing di kelas dunia, perguruan tinggi perlu memiliki polanya tersendiri. Menurut Zaini perlu adanya strategi inovatif, seperti halnya penulisan paper ilmiah yang digaungkan dan ditulis pada jurnal-jurnal terverifikasi tinggi untuk memainkan peran dalam pemeringkatan.

“Untuk menjadi pemimpin, kita harus clear what you are doing. Contohnya di UTM setiap tahun kita akan ada inaugural lectures, dimana terdapat diskusi mengenai permasalahan-permasalahan yang ada di perguruan tinggi. Tugas saya adalah memastikan ibu-ibu profesor untuk selalu termotivasi sebagai salah satu isu. Sebagai seorang pimpinan jihad kita adalah jihad akademik, dan pedang kita adalah pena sehingga akan ada komitmen baru,” ujar Zaini.
(YH/DZI/FH/DH/NH/SH/MSF)

Humas Ditjen Diktiristek
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman : www.diktiristek.kemdikbud.go.id
FB Fanpage : @ditjen.dikti
Instagram : @ditjen.dikti
Twitter : @ditjendikti
Youtube : Ditjen Diktiristek
E-Magz Google Play : G-Magz
Tiktok : Ditjen Dikti