close

Mahasiswa ITS Gagas Eduly, Platform Donasi Kebutuhan Sekolah

(dari kiri) Ariq Ahnafalah Syakban, Venia Sollery Aliyya Hasna, Muhammad Akmal Rishwanda, Muhammad Aqshal Putra Pratama, dan Tiffany Rachmania Darmawan merupakan tim mahasiswa ITS penggagas Eduly
(dari kiri) Ariq Ahnafalah Syakban, Venia Sollery Aliyya Hasna, Muhammad Akmal Rishwanda, Muhammad Aqshal Putra Pratama, dan Tiffany Rachmania Darmawan merupakan tim mahasiswa ITS penggagas Eduly

Kampus ITS, ITS News – Masih banyak anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena adanya keterbatasan finansial untuk membeli kebutuhan sekolah, padahal banyak juga lulusan sekolah yang tidak tahu harus dikemanakan peralatan sekolah yang sudah tidak digunakannya. Melihat fenomena ini, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas sebuah aplikasi terintegrasi yang menghubungkan antara donatur kebutuhan sekolah kepada pihak yang membutuhkan.

Ketua tim Muhammad Akmal Rishwanda menjelaskan, awalnya para anggota tim ini sempat mengalami kebingungan dengan barang-barang yang mereka miliki semasa sekolah. Sedangkan keinginan untuk menyumbangkan barang bekas yang masih layak digunakan tersebut sangat tinggi. Namun, mereka tidak tahu harus kemana jika mereka ingin melakukan hal tersebut.

Akhirnya muncullah ide yang menggagas sebuah aplikasi bernama Eduly. Menurut mahasiswa yang akrab disapa Akmal ini, Eduly merupakan sebuah platform bagi orang yang membutuhkan berbagai perangkat sekolah dan yang sedang ingin menyumbangkan barangnya.

Baca Juga :  Mahasiswa Fasilkom UI Kembangkan Aplikasi Belajar Al-Qur’an Interaktif Game-based Learning
Tampilan aplikasi Eduly, gagasan tim mahasiswa ITS, yang menunjukkan aktivitas ketika donatur akan mengirimkan barangnya
Tampilan aplikasi Eduly, gagasan tim mahasiswa ITS, yang menunjukkan aktivitas ketika donatur akan mengirimkan barangnya

Mahasiswa Departemen Teknik Informatika tersebut menambahkan, siapapun bisa menyumbangkan perangkat sekolah mereka mulai dari alat tulis, buku, baju seragam, hingga barang elektronik. “Jadi, apabila ada laptop yang sudah tidak terpakai namun masih berfungsi bisa disumbangkan juga,” ujarnya.

Akmal melanjutkan, penerima dari barang yang disumbangkan bisa berupa yayasan panti asuhan yang merupakan mitra tim Eduly ataupun perorangan yang sedang membutuhkan barang tersebut. Aplikasi Eduly akan merekomendasikan penerima yang memerlukan saat donatur akan menyumbangkan barangnya. “Dengan begini, donatur akan langsung tahu ke mana barangnya akan pergi,” imbuhnya.

Untuk pengiriman barang, tim Eduly menyediakan dua pilihan. Donatur bisa memilih untuk mengirimkan sendiri barangnya kepada penerima, atau menggunakan fitur pick-up yang mem berikan fasilitas barang akan diantarkan tim Eduly kepada penerima. Fitur ini disediakan untuk  memudahkan donatur dalam mengirimkan barang. “Kita mau donatur tidak merasa diberatkan saat mereka ingin menyumbangkan barangnya, sehingga kami sediakan dua pilihan ini,” ungkap Akmal.

Baca Juga :  Dr Sahara Paparkan Transformasi Pasar Tani Digital di Indonesia dalam Seminar Internasional Sistem Pangan Berkelanjutan di Asia Tenggara
Tampilan aplikasi Eduly, sebuah platform gagasan tim mahasiswa ITS untuk menyumbangkan kebutuhan sekolah kepada yang memerlukan
Tampilan aplikasi Eduly, sebuah platform gagasan tim mahasiswa ITS untuk menyumbangkan kebutuhan sekolah kepada yang memerlukan

Dengan begini, orang yang tidak tahu ke mana harus menyumbangkan barang bekas sekolahnya akan semakin termudahkan. Selain itu, anak-anak yang merasa tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak memiliki perlengkapan pun akan berkurang. “Hal ini tentunya akan membantu mengurangi tingkat anak putus sekolah dan diharapkan bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” harap Akmal.

Gagasan yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah itu pun telah berhasil membawa medali emas pada ajang ASEAN Innovative Science, Environmental, and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2022 kategori Social Science, awal Februari lalu. Akmal bersama anggota timnya yakni Tiffany Rachmania Darmawan, Venia Sollery Aliyya Hasna, Muhammad Aqshal Putra Pratama, dan Ariq Ahnafalah Syakban menggarap karya tulis ini selama sebulan dengan bimbingan dosen Siska Arifiani SKom MKom. (HUMAS ITS)