close

KKN Abmas ITS Gagas Teknologi Pengering Limbah Ikan

Foto Bersama tim KKN Abmas ITS dengan warga Desa Srowo, Kecamatan Sidayu, Gresik saat pelatihan peningkatan nilai guna limbah hasil produksi kerupuk ikan

Kampus ITS, ITS News — Dikenal sebagai daerah penghasil kerupuk ikan, pengelolaan limbah ikan di Desa Srowo, Kecamatan Sidayu, Gresik pun menjadi persoalan pelik. Entaskan permasalahan tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) menginovasikan alat pengering limbah ikan yang praktis dan efisien.

Ketua tim KKN Abmas ITS, Muhammad Akmal Yumas Thoriq menerangkan, terciptanya inovasi ini merujuk pada pengelolaan limbah ikan yang dinilai kurang efektif oleh warga setempat. “Sebelum adanya alat ini, mereka hanya mengandalkan panas matahari untuk mengeringkan limbah-limbah tersebut,” ujarnya.

Lebih lanjut, limbah yang dihasilkan oleh pembuatan kerupuk ikan ini diketahui mencapai satu hingga dua kuintal dalam satu hari produksi. Sementara itu, proses pengeringan dari limbah tersebut dapat memakan waktu tiga hingga empat hari. “Maka, kami menginisiasikan alat yang bisa mengeringkan limbah kurang dari satu hari, lebih dari sekedar praktis,” terang Akmal, sapaan akrabnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Lewat KMI Expo XIII 2022

Akmal menambahkan bahwa alat pengering limbah ikan yang mereka rancang memiliki tampilan yang sederhana dengan fitur yang optimal. Tim KKN Abmas ITS ini menggunakan wadah berupa drum berkapasitas 25 kilogram sebagai tempat untuk menampung limbahnya. Lebih dari itu, alat ini juga digadang-gadang mampu mengoptimalkan berbagai limbah menjadi pupuk kompos.

Tampilan alat pengering limbah ikan karya Muhammad Akmal Yumas Thoriq dan tim

Selain itu, difungsikan pula dua sumber energi untuk membantu kerja alat berupa listrik sebagai penggerak drum, serta Liquified Petroleum Gas (LPG) untuk mengeringkan limbah dalam drum. “Dengan memanfaatkan dua energi tersebut, alat yang kami gagas mampu mengeringkan limbah dalam kurun waktu delapan jam,” tambah mahasiswa Departemen Teknik Material dan Metalurgi.

Tak hanya efisien dari segi waktu, alat ini juga dinilai efisien dari segi dana. Pasalnya, jika dalam satu hari estimasi proses pengeringan adalah dua kali, maka jumlah listrik yang digunakan hanya berkisar 1,92 Kilowatt Hour (KWh). Jika dirupiahkan, jumlah tersebut kurang lebih setara dengan Rp 3.000.

Baca Juga :  Tiga Prodi Fakultas Pertanian UGM Raih Akreditasi Internasional

Di samping itu, penggunaan LPG tabung tiga kilogram juga kembali memperkuat teknologi ini dari segi pemanfaatan sumber energi. Apabila dianggarkan, diasumsikan dalam satu hari akan menghabiskan Rp 2.500. “Jika diakumulasikan, total pengeluaran yang harus dikeluarkan adalah Rp 168 ribu, jauh lebih murah dibandingkan alat lain yang mencapai Rp 300 ribu,” tutur Akmal.

Salah satu anggota KKN Abmas ITS, Muhammad Aditya Azzamzami ketika sedang menjelaskan cara kerja dari alat pengering limbah ikan karya tim mereka

Berkat teknologi tepat guna tersebut, tim yang dibimbing oleh Amaliya Rasyida MSc ini berhasil mendapat respon positif dari warga setempat. Bagaimana tidak, berkat alat ini, limbah hasil produksi ikan pun dapat dikelola dengan baik. “Kami berharap, masyarakat dapat menggunakan inovasi ini dengan maksimal, sehingga perekonomian di Desa Srowo semakin meningkat,” tutup mahasiswa angkatan 2020 tersebut penuh harap. (HUMAS ITS)