Mahasiswa Vokasi UNAIR Sulap Limbah Hasil Laut Menjadi Produk Olahan
Tiga mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (FV UNAIR) kembali mengharumkan nama UNAIR di kancah internasional. Kali ini Battra UA Team berhasil menorehkan prestasi sebagai Top 5 Kompetisi Millennial Entrepreneurs Festival yang diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Malaysia. Mereka bertiga adalah Marita Tri Santi, Rarasanti Rania Qodri, dan Jihan Aura.
Ketua Tim Marita Tri Santi menuturkan bahwa kompetisi internasional tersebut merupakan kompetisi di bidang bisnis dengan tema SDGs. Pada babak penyisihan peserta diminta untuk menyajikan ide ke dalam BMC (Business Model Canvas) dalam bentuk video.
Mereka mengangkat bisnis di bidang pengolahan limbah hasil laut dengan melakukan pemanfaatan limbah ikan menjadi produk olahan berupa sambal kepala ikan dan pelet untuk ikan ternak. Kemasan sambal kepala ikan berupa wadah yang eco-friendly terbuat dari gelas kaca yang dapat digunakan kembali. Sedangkan untuk wadah dari pelet ikan terbuat dari plastik yang mudah terurai.
“Kami bermaksud untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah hasil laut dengan mengubahnya menjadi suatu bisnis yang bermanfaat bagi masyarakat,” paparnya.
Setelah mendapatkan pemberitahun bahwa timnya lolos sebagai Top 5, Marta dan tim langsung menghubungi dosen pembimbing mereka yaitu Edith Frederika Puruhito S.Km.,M.Sc (MedSci), Lastiko Endi Rahmantyo M.Hum, dan DR. Taufan Bramantoro drg.,M.Kes. Bimbingan para dosen sangat membantu tim dalam menyiapkan presentasi ke babak final.
Berdasarkan analisa, mereka menyimpulkan bahwa ide mereka termasuk kedalam SDGs ke 12, yaitu responsible consumption and production. Produk bisnis mereka berupa sambal kepala ikan bernama I-Wak Sambal dan pelet ikan bernama I-Wak Pelet.
“Ikan yang kami gunakan pada produk sambal kepala ikan adalah sejenis ikan kakap merah atau ikan yang masih layak dikonsumsi manusia. Kami memilih produk berupa sambal karena masyarakat Indonesia banyak menyukai rasa pedas,” lanjutnya.
Tim Battra UA membeli bahan baku produk langsung dari nelayan dan para penjual ikan di pasar ikan Pabean, Surabaya. Dengan demikian, kandungan nutrisi omega-3 dan protein masih tetap terjaga. Selain kandungan nutrisi dalam produk, mereka juga mengangkat rasa sambal asli Indonesia yang harapannya dapat melestarikan kearifan lokal.
“Sedangkan pada produk pelet, kami memanfaatkan ikan yang sudah tidak layak konsumsi, tulang, sirip, dan jeroan ikan. Produk pelet ikan juga mengandung probiotik yang baik untuk pertumbuhan ikan ternak,” jelasnya.
Pada akhir, mahasiswa D-III Pengobat Tradisional itu mengungkapkan bahwa inovasi dari bisnis mereka sesuai dengan SDGs dengan tujuan pembangunan keberlanjutan. Bisnis ini juga dapat dikembangkan di negara lain yang juga merupakan negara maritim.
“Juga bisa dikembangkan di negara yang memiliki hasil laut yang besar namun hasil tangkapannya tidak dimanfaatkan secara optimal,” tutupnya. (*)
Sumber: unair.ac.id