close

Tim ITB Melakukan Sosialisasi Mengenai Batok Kelapa sebagai Energi Alternatif dan Pengawet Alami bagi Desa Kote

Berbagai program pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung di daerah-daerah pelosok. Misalnya seperti yang dilakukan di Desa Kote, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau.

Pulau Singkep memiliki letak geografis yang jauh dari pusat kota yang menyebabkan sulitnya suplai bahan bakar minyak atau gas untuk keperluan memasak. Jika ada, harganya lebih mahal dari harga ibu kota. Daerah ini memiliki garis pantai cukup panjang yang ditumbuhi banyak pohon kelapa. Keterbatasan keadaan serta kemampuan pemanfaatan tempurung kelapa menjadi latar belakang pelaksanaan sosialisasi dari Tim Pengabdian Masyarakat ITB.

Tim yang dipimpin oleh Dr. Susanna, M.T., dan Faizal Ade R Abdulla, M.Si. dari kelompok kealihan oseanografi dan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB pada Oktober 2020 lalu melakukan sosialisasi mengenai cara pembuatan riket kelapa dan pengawet asap cair. Sosialisasi ini diselenggarakan dalam bentuk workshop.

Baca Juga :  KKN Abmas ITS Bantu Gencarkan Sertifikasi Halal bagi UMKM

Pengunaan Barang Bekas

Briket dan asap cair yang biasanya digunakan untuk pengolahan hasil tangkapan ikan mentah dapat dibuat dengan memanfaatkan barang bekas seperti drum, yang dibentuk menyerupai dua chamber dengan pipa penghubung. Chamber pertama berfungsi untuk ruang pembakaran limbah batok kelapa yang menghasilkan asap pekat yang dapat dicetak menjadi briket. Dengan briket tersebut, dapat menggantikan kayu sebagai bahan bakar.

Pada pipa penghubung dan chamber kedua berlangsung proses distilasi, asap pekat hasil pembakaran batok kelapa dapat dimanfaatkan untuk membuat asap cair. Asap cair tersebut mengandung fenol dan asam yang berperan sebagai antibakteri dan aktioksidan yang berfungsi untuk pengawet makanan dan pestisida alami.

Keterlibatan Warga Setempat

Workshop yang diselenggarakan oleh Tim ITB dihadiri sekitar 50 peserta dari berbagai lapisan masyarakat setempat. Mulai dari kepala Desa Kote, para tokoh dan perwakilan masyarakat, karang taruna, nelayan, serta para guru di Desa Kote. Para Warga Desa Kote terpantau antusias saat mengikuti demonstrasi pengolahan limbah tempurung kelapa yang dilakukan. Selain itu, warga juga mendapat kesempatan unuk berlatih atau bahkan memproduksi secara mandiri dengan adanya alat pembuat briket dari Tim ITB.

Baca Juga :  plt. Direktur Belmawa Melepas 123 Awardees IISMA ke UK, Turki, dan Uni Eropa

Pengabdian kepada masyarakat di Desa Kote ini telah dipublikasikan oleh Media Indonesia pada Selasa, 18 Mei 2021 lewat artikel berjudul “Batok Kelapa, Energi Alternatif dan Pengawet Alami”.

Pengembangan alat pembuat briket di Desa Kote dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi masyarakat setempat maupun lingkungan. Dengan adanya teknologi sederhana ini, dapat memberikan opsi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan polusi serta nilai ekonomi yang tinggi. Dengan adanya briket dapat mendukung pencapaian konsep berkelanjutan sekaligus peningkatan kesejahteraan warga.