close

Implementasi Kampus Merdeka, UTU Bahas Rencana Aksi Penurunan Angka Stunting di Aceh

BANDA ACEH|Dalam rangka implementasi program Kampus Merdeka yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek RI), Universitas Teuku Umar melakukan suatu terobosan baru dalam rangka Pembebasan Stunting di Aceh melalui Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM). Program ini dicanangkan dengan melibatkan mahasiswa dan dosen di UTU untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan terjun langsung di desa selama 6 (enam) bulan hingga 1 (satu) tahun dalam menurunkan stunting di Aceh.
UTU telah memfokuskan pencapaian tri dharma perguruan tinggi tahun 2020-2025 pada tema penurunan prevalensi stunting di Aceh. Hal ini diharapakan UTU dapat mencapai visi dengan memberi inspirasi dan sumber referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya menurunkan prevalensi stunting melalui pendekatan “edukasi zero stunting” di Aceh.
Rektor UTU Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE, MBA, Kamis 08/07/2021 menyampaikan bahwa yang mencetuskan program ini mengatakan bahwa kampus yang hebat adalah kampus yang mampu membuat mahasiswanya siap menghadapi berbagai kehidupan dan menciptakan mahasiswa yang siap mengahadapi lingkungan yang penuh tantangan.
Sementara itu, Kepala BKKBN Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), dalam sambutannya pada kegiatan FGD “Menemukenali Akar Masalah dan Solusi Zero Stunting di Aceh” sangat mengapresiasi inovasi dari UTU dan menjadikan program tersebut sebagai program percontohan dalam upaya menurunkan angka stunting yang diharapkan bisa diterapkan pada seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
“Sangat tepat sekali ketika UTU dengan risetnya dan kemudian juga sekaligus bisa melakukan program semacam pengabdian masyarakat kemudian bisa membuat percontohan menu yang bisa menjadi bagian menu makanan atau gizi berimbang berbasis makanan lokal untuk percepatan penurunan stunting,”jelas Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K).
Hasto juga berharap dengan program ini mahasiswa juga bisa memberikan edukasi bagi masyarakat untuk melakukan revolusi mental dalam bentuk refocusing di dalam rumah tangga. Yaitu mengubah pola pikirnya untuk berrevolusi mengganti menu dengan menu yang mengandung gizi seimbang tanpa harus membeli makanan yang mahal. Karena menurutnya, banyak sekali menu yang berasal dari protein hewani yang lebih murah seperti telur, ikan dan ikan asin dibandingkan daging yang lebih mahal dan mengurangi produk-produk makanan instan yang berasal dari luar negeri untuk mencegah capital flight.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng mengucapkan apresiasi kepada Rektor dan Civitas Akademika UTU yang telah menggelorakan program menurunkan angka stunting melalui KPPM. Ia juga mengatakan akan mereplikasi kegiatan tersebut secara nasional apabila UTU sukses dan berhasil dalam menurunkan angka stunting di Aceh.
“Saya ucapakan kepada Bapak Hasto selaku kepala BKKN, kami mohon bimbingan agar program yang bersinergi dengan BKKBN ini berdampak nyata bagi masyarakat. Kita memiliki lebih dari 3 ribu kampus di seluruh pelosok negeri ini, kalau program dari UTU ini berhassil dan sukses maka kita akan dapat mereplikasikannya untuk menjangkau seluruh pelosok negeri,”ungkapnya.
“Dengan potensi yang tinggi dari perguruan tinggi untuk mengatasi stunting ini saya rasa sangat amat bisa kita lakukan terlebih dengan program Kampus Merdeka dimana mahasiswa dan dosen bisa belajar dari kampus kehidupan. Kampus yang mengaktualisasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari mahasiswa secara nyata di masyarakat.”
Dalam program pendidikan stunting ini diharapkan tidak hanya dari Program Studi Gizi dan kesehatan yang ikut berpartisipasi tetapi juga dari keilmuan lainnya. Karena berbagai program studi tentu akan sangat bisa berkontribusi dalam mengatasi stunting ini. Misalnya dalam pendataan untuk menganalisa dan mengambil langkah mitigasi yang tepat. Kemudian dari ilmu sosial bisa meningkatkan komunikasi untuk membantu pemerintah di desa, kecamatan, kabupaten menyelenggarakan komunikasi publik dan program-program yang nyata untuk bisa menyadarkan para pasangan usia subur. Dari ilmu teknik pertanian misalnya bisa menghasilkan makanan-makanan yang fortified food atau makanan sederhana yang ditingkatkan nilai gizinya sehingga tidak ada kekurangan iodium, mineral dan gizi yang berimbang. Sehingga dengan kolaborasi lintas program studi sebagai semangat dari Kampus Merdeka tidak hanya mengatasi stunting tetapi juga mahasiswa mendapatkan kompetensi dan ilmu pengetahuan langsung dari lapangan dari kampus kehidupan nyata di masyarakat.

Baca Juga :  Mahasiswa ITS Gagas Komunitas PAPER, Bantu Pelajar Selama Pandemi

Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua BKKBN RI Dr. Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K). , Dirjen Dikti Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng , Anggota DPR-RI Nasir Jamil, Istri Gubernur Aceh/Ketua TP PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, Gubernur Aceh diwakili Kadis Kesehatan Aceh, Bupati Aceh Selatan, Kepala BKKBN Aceh, Perwakilan Kadis Kesehatan Aceh Singkil, Kadis Kesehatan Aceh Selatan, Kadinkes Abdya, Kadinkes Simeulue, Kadinkes Nagan Raya dan Kadinkes Aceh Jaya. terus hadir juga para dinas pertanian dan juga dinas kelautan perikanan dari 6 kabupaten tersebut. para dokter spesialis anak dan dari berbagai unsur lainnya turut hadir dalam kegiatan FGD tersebut.

Baca Juga :  Mendikbudristek Diskusikan Kampus Merdeka di ITS untuk Perubahan Pendidikan