Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa IPB University Ciptakan Apartemen Maggot, Solusi Sampah di Desa Lingkar Kampus

Dosen dan mahasiswa IPB University berkolaborasi dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengolahan sampah organik, khususnya food waste dengan memanfaatkan maggot sebagai pengurainya. Penyuluhan dilakukan kepada warga Komplek Dramaga Regensi, Kelurahan Balumbang Jaya, Kota Bogor, Jawa Barat. Kegiatan ini bagian dari program Dosen Mengabdi Reguler dan Mahasiswa Mengabdi Reguler IPB University.

Untuk mengolah sampah organik, dosen dan mahasiswa IPB University membuat apartemen maggot. Apartemen maggot ini diharapkan menjadi pilot project sehingga dapat menjadi inspirasi bagi desa lingkar kampus lainnya. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan manfaat baik dari segi ekonomi maupun ekologis.

Dosen IPB University yang terlibat dalam acara ini antara lain Ir Nindyantoro, MSP selaku ketua pelaksana, beranggotakan Dr Novindra dan Dr Kastana Sapanli. Ketiganya merupakan dosen IPB University dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Turut hadir Muhammad Arifin, SPt, MSi, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan (Fapet).

Baca Juga :  The Global Melting Pot: Keseharian Awardee IISMA di Asia

Ir Nindyantoro, MSP dalam kesempatan ini menyatakan, proses pemilahan sampah yang dilakukan selama ini belum berjalan ideal. Menurutnya, pemilahan sampah akan mengurangi volume sampah yang dibuang, mulai dari timbunan hingga Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Atau dari TPS hingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Upaya pengomposan dan daur ulang pun masih terbatas dan tidak berkelanjutan sehingga sampah yang dibuang ke TPS sama jumlahnya dengan yang dibuang ke TPA. Di sisi lain, luas lahan TPA yang terbatas tidak mampu menampung tumpukan sampah yang sewaktu-waktu dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya,” sebutnya.

Dr Novindra mengungkapkan, rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbanyak dari total sampah yang masuk ke TPA. Komposisi sampah terbesar di TPA adalah sampah organik sebanyak 70 persen, sisanya berupa sampah non-organik. Meskipun mudah terurai, sampah organik tersebut memerlukan penanganan khusus di tingkat rumah tangga agar volumenya dapat berkurang. Jika sampah di tingkat rumah tangga bisa dikurangi maka diharapkan akan mengurangi volume sampah di TPS dan TPA.

Baca Juga :  Mahasiswa FEB Unpad Raih Runner Up Putra Pendidikan Nusantara 2023

“Sampah organik yang dimaksud terutama seperti sisa makanan yang tidak habis, sisa sayuran dan buah-buahan yang tidak diolah karena rusak/busuk. Selain untuk mengurangi jumlah sampah organik di tingkat rumah tangga, budidaya maggot dapat mendatangkan keuntungan finansial, karena maggot dapat menjadi pakan ikan, burung dan ayam,” tambah Arifin.
 
Menurut Dr Kastana, dengan berkurangnya jumlah sampah organik di tingkat rumah tangga dan juga di TPS maupun TPA maka secara tidak langsung berdampak terhadap penanganan masalah ekonomi lingkungan. Karena dengan pengurangan frekuensi beroperasi truk pengangkut sampah dapat menyebabkan penurunan polusi udara dan emisi karbon, katanya. (*/Rz)

IPB