Abmas ITS Inovasikan CNC Milling untuk Tingkatkan Produksi UKM Manufaktur
Kampus ITS, ITS News – Dalam proses produksinya, mayoritas Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bidang manufaktur masih menggunakan cara konvensional. Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi tersebut, tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan sebuah alat bernama Computer Numerical Control (CNC) Milling.
Anggota tim Abmas ITS Mashuri SSi MT mengatakan, salah satu UKM manufaktur yang ada di Surabaya adalah UD ACC. UKM ini sendiri berfokus pada fabrikasi dan manufaktur benda kerja yang biasa digunakan untuk membuat mesin. “Mesin-mesin yang dihasilkan oleh UD ACC telah menjangkau pasar nasional, baik di dalam maupun di luar Jawa,” ujarnya.
Sayangnya, lanjut Mashuri, UD ACC kerap mengalami permasalahan seperti kapasitas produksi yang tak sebanding dengan permintaan pasar. Hal tersebut terjadi akibat penggunaan peralatan produksi secara manual. “Proses produksi yang tidak optimal ini membuat UD ACC acapkali menolak pesanan calon pembeli,” ungkap Mashuri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, tim Abmas ITS akhirnya merancang CNC Milling, sebuah mesin yang dapat bekerja secara otomatis dan mampu meningkatkan proses produksi tanpa perlu menambah tenaga kerja. Kegiatan Abmas ini sendiri dimulai dengan melakukan observasi langsung bersama mitra. “Selanjutnya, dilakukan perancangan alat, proses manufaktur, serta pelatihan dan pendampingan penggunaan mesin CNC Milling,” jelasnya.
Menurut Mashuri, CNC Milling memiliki fungsi dasar yang sama dengan mesin milling manual. Hanya saja, mesin milling manual memerlukan tenaga manusia yang terus menerus mengoperasikannya. Selain itu, kualitas benda kerja yang dihasilkan pun bergantung kepada kerja operator mesin. “Sebaliknya, mesin CNC mampu menjaga kestabilan kualitas benda kerja yang dihasilkan karena pengoperasiannya berasal dari mesin,” timpalnya.
Dosen Departemen Teknik Mesin Industri itu menambahkan, CNC Milling bekerja dengan membaca program CNC atau yang lebih dikenal dengan G-Code. Kode ini sebelumnya telah dibuat oleh programer melalui software pemrograman CNC. Selanjutnya, G-Code tersebut akan dikirim dan dieksekusi oleh prosesor untuk menggerakkan perangkat di dalam mesin hingga menghasilkan produk yang sesuai dengan program.
Dengan prinsip kerja tersebut, risiko human error bisa diminimalkan dan kecepatan produksi dapat ditingkatkan. “Kami berharap alat ini segera terealisasikan, sehingga kapasitas produksi dan pasar yang dijangkau UKM semakin meningkat,” pungkas Mashuri penuh harap. (HUMAS ITS)