close

Dosen IPB University Jelaskan Penerapan Teknologi Masa Depan eDNA Biomonitoring untuk Deteksi Awal Biodiversitas Laut

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa melimpah, terutama di bawah laut. Namun demikian, belum ada praktik dan fasilitas yang tepat untuk menjelajah lebih jauh mengenai kenaekaragaman yang ada. Selain itu, isu lingkungan juga kian mengancam keberadaan berbagai spesies bawah laut.

Dr Beginer Subhan, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) pekan lalu hadir dalam kegiatan e-IPB Talk on Complexity and Sustanability Sciences ke-62 yang diselenggarakan oleh Direktorat Program Internasional IPB University untuk menyampaikan mengenai penggunaan eDNA sebagai biomonitoring. Sebuah teknologi generasi masa depan untuk mengeksplorasi biodiversitas di kawasan konservasi laut Indonesia.

Ia menyebutkan bahwa kawasan konservasi laut di Indonesia sebagian besar berkaitan dengan ekosistem terumbu karang. Kondisi ekosistem terumbu karang saat ini telah mengalami perubahan yang signifikan. Kegiatan overfishing dan polusi laut menjadi penyebab utama terancamnya 93 persen keutuhan terumbu karang di Indonesia.

“Dengan adanya kawasan konservasi laut yang dikelola dengan sistem zona akan memastikan pengelolaan sumberdaya perikanan dan lingkungan yang berkelanjutan. Pembagian kawasan konservasi laut di Indonesia cukup rumit dan kompleks, namun pada dasarnya dibagi atas zona wilayah. Kawasan tersebut yakni terbagi atas kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, kawasan konservasi maritim, dan kawasan konservasi laut. Di dalam kawasan konservasi laut terdapat zona wilayah yang khusus dibandingkan kawasan lainnya yakni zona perikanan berkelanjutan,” terangnya.

Baca Juga :  Masih 19 Tahun, Shafiy Jadi Wisudawan Termuda ITS ke-126

Menurutnya, pemerintah Indonesia telah memiliki target untuk tahun 2020-2024 terkait kawasan konservasi dikembangkan menjadi 32,5 juta hektar. Adapun target tersebut menjadi tantangan tersendiri karena kawasan konservasi laut tersebar sangat luas dan masih banyak di antaranya yang dikelola oleh pemerintah daerah. Ia ingin mengajak semua pihak untuk melihat dampak dari kawasan konservasi laut untuk meningkatkan sumberdaya dan mendukung ekonomi di wilayah tersebut.

“Sehingga menjadi perhatian bersama bagi semua pihak untuk menggunakan sumberdaya yang cocok untuk melakukan monitoring terhadap biodiversitas di kawasan konservasi yang luas namun terpisah-pisah,” jelasnya.

Ia menawarkan teknologi masa depan yakni eDNA biomonitoring yang bisa dimanfaatkan tidak hanya bagi ikan namun juga untuk spesies terumbu karang di kawasan konservasi. Serta bagi spesies invasif di beberapa kawasan yang dapat mengancam keberadaan spesies lokal.

Keuntungan teknologi eDNA tersebut juga karena dapat digunakan pada wilayah yang sulit dikunjungi seperti di wilayah pertambangan.
Dengan penerapan pilot project, kita dapat mengetahui kecepatan perkembangan biodiversitas di kawasan konservasi. Selain itu dampak negatif seperti spill over dapat dideteksi untuk mengukur kesuksesan kawasan konservasi laut. Hal tersebut juga menjadi mudah karena teknologi eDNa dapat mengetahui koneksi antara jarak migrasi spesies dan dampak lingkungannya.

Baca Juga :  ITS Raih Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek

“Teknologi eDNA biomonitoring tersebut menjadi salah satu alat yang penting untuk menyelidiki status biodiversitas pada deteksi awal, serta status spesies di kawasan tersebut,” tambahnya.

Penelitian eDNA monitoring telah diuji coba di Kepulauan Seribu dengan melakukan analisis terhadap sampel air laut. Data yang didapatkan tidak hanya terkait informasi mengenai spesies ikan yang baru namun beberapa biota lainnya serta spesies introduksi dari luar negeri. Tentunya, dengan menggunakan eDNA, analisis yang dilakukan dapat dikerjakan dengan cara yang efektif dan efisien.

“Penggunaan databasenya di masa depan dapat meningkatkan keakuratan taksonomi, menginvestigasi keterkaitan lanjutan antara populasi dan aktivitas perikanan, membandingkan hasil eDNA dengan perikanan dan sensus visual bawah laut,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut dihadirkan pula Dr Brock Bergseth dari James Cook University demi membahas mengenai cara memahami dan mempengaruhi tingkah laku nelayan di kawasan konservasi laut. (MW/Zul)

Keyword: eDNA biomonitoring, biodiversitas laut, perikanan, Dosen IPB University, International Collaboration Office IPB University