close

INDONESIA MASIH BERJUANG HADAPI KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN KOMPLIKASI PERSALINAN YANG RUMIT

Depok, 3 Juli 2021. Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, pagi ini (3/7) mengukuhkan tiga guru besar dari Fakultas Kedokteran (FK) UI, yakni Prof. Dr. dr. Dewi Irawati Soeria Santoso, M.S., Prof. Dr. dr. Sudung O. Pardede, Sp.A(K), dan Prof. Dr. dr Andon Hestiantoro, Sp.OG(K)-FER, MPH. Pengukuhan guru besar tersebut dilaksanakan secara virtual diikuti oleh 267 peserta dan disiarkan live di Youtube UI serta UITeve.

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Peran Keilmuan Endokrinologi Reproduksi dan Infertilitas Terhadap Perlindungan Kesehatan Reproduksi Perempuan”, Prof. Andon menyampaikan bahwa hingga saat ini Indonesia masih berjuang menghadapi permasalahan komplikasi kehamilan dan komplikasi persalinan yang sangat rumit. Angka kematian ibu melahirkan masih berada di kisaran 300 per 100.000 kelahiran hidup, dan merupakan angka kematian ibu tertinggi di ASEAN.

“Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) adalah kelainan endokrinopati yang paling sering dijumpai pada remaja putri dan perempuan usia reproduksi, dengan angka kejadian SOPK bervariasi sekitar 1,8% – 15%. Sindrom ini ditandai dengan adanya gangguan siklus haid, gangguan kesuburan, temuan ovarium polikistik pada pemeriksaan ultrasonografi, dan dapat disertai pula dengan adanya temuan klinis atau temuan laboratoris yang berkaitan dengan peningkatan produksi androgen, khususnya testosterone,” ujar Prof. Andon.

Di Indonesia, sindrom yang diderita perempuan terutama pada usia reproduksi ini menunjukkan adanya kejadian yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. “SOPK merupakan suatu kondisi yang tidak hanya terbatas pada permasalahan reproduksi, tetapi juga mencakup permasalahan endokrin dan metabolik. Implikasi jangka panjang dari SOPK tidak hanya terkait dengan aspek reproduksi dan fertilitas, tetapi juga timbulnya sindrom metabolik dan komplikasi kardiovaskular, Gangguan metabolisme gula dan lipid, kondisi inflamasi sistemik jangka panjang (kronik), gangguan integritas vaskular, hipertensi, dan stres oksidatif diduga menjadi penyebab timbulnya komorbiditas lain dan komplikasi kardiovaskular pada pasien SOPK,” ujarnya.

Baca Juga :  Tim Inkubator Bisnis Balitbangda Kalimantan Selatan Ikuti Bimtek di STP IPB University

Penegakan diagnosis SOPK dilakukan berdasarkan pada sejumlah kriteria. Salah satu kriteria yang masih banyak digunakan sampai saat ini adalah kriteria Rotterdam yang disepakai berdasarkan konsensus ASRM/ESHRE tahun 2003. Berdasarkan kriteria tersebut, diagnosis SOPK ditegakkan jika terpenuhi setidaknya dua dari tiga aspek, yaitu klinis atau biokimia hiperandrogenisme, lalu gangguan ovulasi kronik, dan berikutnya gambaran morfologi ovarium polikistik pada pemeriksaan USG.

Wanita dengan SOPK memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya komplikasi tertentu selama kehamilan. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan SOPK, memiliki risiko lebih tinggi menghabiskan waktu di unit perawatan intensif neonatal atau meninggal sebelum, selama, atau tepat setelah lahir. Juga, kondisi umum untuk SOPK seperti sindrom metabolik dan peningkatan androgen dapat meningkatkan risiko yang membahayakan kehidupan bayi baru lahir.

“Pada SOPK, modifikasi gaya hidup merupakan terapi lini pertama, di mana di dalamnya tercakup aktivitas fisik dan intervensi diet. Terapi aktivitas fisik dan intervensi diet bersifat individual dan disesuaikan dengan kebutuhan dasar masing-masing individu penderita SOPK. Diharapkan melalui modifikasi diet dan aktivitas fisik tersebut, terjadi perbaikan profil hormonal dan metabolik pada penderita SOPK. Pada penderita SOPK dengan obesitas, modifikasi gaya hidup diharapkan dapat juga menimbulkan penurunan berat badan dan kadar lemak tubuh, sehingga terjadi penurunan kondisi inflamasi kronik dan perbaikan sensitivitas insulin,” kata Prof. Andon.

Baca Juga :  Peringati Hari Jamu Nasional, Fakultas Farmasi UGM Selenggarakan Sharing Session dan Kampanye Minum Jamu

Prof. Andon menyelesaikan Program Pendidikan Dokter FK UI pada tahun 1985, kemudian tahun 1994 melanjutkan studi Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Obstetri dan Ginekologi, FK UI. Ia berhasil menyelesaikan S-3 Ilmu Kedokteran UI pada tahun 2016 dan meraih gelar master Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di FK UGM Yogyakarta tahun 2017.

Dari berbagai publikasi ilmiahnya, salah satunya adalah di jurnal ilmiah internasional terbaru, dengan judul “Administration of cinnamon and lagersroemia 40 onsensu extract on lipid profile of polycystic ovarian syndrome women with high body mass index Journal of Human Reproductive Sciences”, Volume 14, Issue 1, January-March 2021, Pages 16-20, ISSN: 09741208, DOI: 10.4103/jhrs.JHRS_141_20, Publisher: Wolters Kluwer Medknow Publications tahun 2021. Prof. Andon meraih banyak penghargaan selama mengabdi, salah satunya ialah Penghargaan 112 Karya Inovasi Indonesia Paling Prospektif pada tahun 2020.