close

ITS Ingatkan Pentingnya Energi dalam Memajukan Perekonomian Indonesia

Pemaparan materi peran energi pada IKM yang disampaikan oleh Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng
Pemaparan materi peran energi pada IKM yang disampaikan oleh Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng

Kampus ITS, ITS News – Adaptif terhadap perkembangan zaman, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya memberikan solusi terhadap segala permasalahan bangsa Indonesia, terutama energi dan perekonomian. Terkait hal tersebut, ITS gelar diskusi antara pebisnis, akademisi, dan perwakilan pemerintah tentang peran energi yang dapat memajukan perekonomian Indonesia, terutama pada industri kecil menengah (IKM) di Sheraton Surabaya Hotel & Towers, Kamis (17/11).

Memulai sesi diskusi, Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri (PKKPBI) ITS Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dapat digerakkan oleh kemampuan yang juga berkualitas dari industri suatu negara. Karena industri merupakan sektor riil yang menyerap tenaga kerja yang masif, memberikan nilai tambah, dan meratakan Perpetual Credit Income (PCI) secara riil.

Sesi diskusi bersama antara Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng dan Dr Bambang Sudarmanta ST MT dengan para audiens
Sesi diskusi bersama antara Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng dan Dr Bambang Sudarmanta ST MT dengan para audiens

Arman pun memaparkan bahwa permintaan energi secara keseluruhan akan diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 5,6 persen per tahun. Ia menambahkan, dengan adanya pertumbuhan tersebut, pada tahun 2030 diprediksikan pangsa permintaan akan didominasi oleh sektor industri sebesar 49 persen. “Prediksi ini didukung dan bersumber dari Studi Indonesia Energi Outlook periode 2010-2030,” paparnya.

Baca Juga :  13.272 Mahasiswa Ikuti Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat 2021

Lebih lanjut, dosen Departemen Manajemen Bisnis ITS tersebut menuturkan bahwa IKM saat ini menghadapi tiga macam tantangan. Tantangan pertama adalah IKM saat ini berhadapan dengan revolusi industri 4.0, kemudian perpindahan antara global supply chain ke local supply chain, dan perpindahan industri potensial dari pra dan pasca Covid-19. “Meski terdapat banyak tantangan, bukan berarti industri tidak dapat diberikan solusi oleh ITS dan akademisi lainnya,” ujarnya.

Pemaparan materi yang disampaikan oleh Dr Bambang Sudarmanta ST MT dengan tema peran energi pada bidang otomotif
Pemaparan materi yang disampaikan oleh Dr Bambang Sudarmanta ST MT dengan tema peran energi pada bidang otomotif

Melalui berbagai brainstorming bersama ITS, Arman berhasil membuahkan beberapa peluang yang berpotensi menjadi solusi pada tantangan tersebut. Mulai dari pemberlakuan transformasi digital usaha mikro kecil menengah (UMKM) 4.0, merekomendasi kebijakan kolaborasi pada IKM bersama akademisi, praktisi bisnis, dan pemerintah, serta adanya berbagai peluang-peluang lainnya. “Dengan demikian, Purchasing Manager Indexes (PMI) akan terus meningkat seiring berjalannya waktu,” tandasnya mengingatkan.

Selaras dengan Arman, Manajer Kawasan Science Techno Park (KST) Klaster Otomotif ITS Dr Bambang Sudarmanta ST MT menyatakan bahwa dibutuhkannya pengelolaan energi yang baik untuk bisa mewujudkan kedaulatan energi. Diharapkan nantinya Indonesia memiliki kemampuan untuk mengendalikan sumber daya, harga, dan distribusi energi. “Sesuai dengan pemaparan yang disampaikan Pak Arman tadi, konsumsi energi pada bidang industri mencapai 50 hingga 60 persen,” ucapnya.

Baca Juga :  Rektor IPB University Tekankan Pentingnya Growth Mindset dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0
Sesi foto bersama para perwakilan akademisi, pemerintahan, dan pebisnis di Energy & Industry Outlook 2023
Sesi foto bersama para perwakilan akademisi, pemerintahan, dan pebisnis di Energy & Industry Outlook 2023

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Ir Satya Widya Yudha MSc PhD mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki energi baru terbarukan (EBT) yang beragam. Namun ironisnya, berdasarkan data dari DEN, Indonesia masih belum bisa memanfaatkan EBT secara optimal. “Energi kita banyak sebenarnya, mulai dari minyak bumi, batubara, gas bumi, hingga energi-energi lainnya,” ungkapnya.

Oleh karena itu, untuk bisa mencapai perekonomian Indonesia yang optimal, Arman berharap kolaborasi antara pebisnis, akademisi, dan pemerintah dapat menghasilkan sinergi yang baik. Dalam hal ini, pemerintah berperan sebagai pemberi kebijakan dan insentif yang optimal, akademisi sebagai kontributor secara ilmiah, dan pebisnis sebagai kontributor dalam ilmu praktik. “Jangan hanya berhenti di sini. Semoga sinergi kita bisa lebih kuat daripada yang sebelumnya,” tandas Arman. (HUMAS ITS)