close

Ditjen Risbang Gelar Dialog Multisektor untuk Merumuskan Masalah Bidang Kesehatan dan Solusi berbasis AI

Jakarta (7/3) – Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Risbang) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi bekerja sama dengan Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI), Universitas Indonesia, serta tim diaspora di Jerman, belum lama ini menyelenggarakan Dialog Kebijakan untuk Pengembangan Riset dan Inovasi Kecerdasan Buatan (AI) bidang Kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka merumuskan rekomendasi kebijakan prioritas untuk riset dan inovasi pengembangan AI bidang kesehatan Indonesia.

Dalam sambutannya Dirjen Risbang Fauzan Adziman menyampaikan, “Kemdiktisaintek terus mendorong dialog strategis sebagai upaya menggali fokus permasalahan utama yang dapat menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan riset dan pengembangan”.

Dialog kebijakan yang dilaksanakan secara daring pada hari Selasa (4/3/2025) ini menyertakan sejumlah narasumber ahli dari unsur akademisi, peneliti, industri, masyarakat profesi (termasuk diaspora), dan pemerintah, diantaranya Bambang Brodjonegoro (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Bakhtiar Hasan (NuStats-Lab), Ahmad Ramli (Universitas Padjadjaran), Tri Hanggono Ahmad (Dewan Pendidikan Tinggi), Trio Adiono (Institut Teknologi Bandung),  dan Susanti Kwan (Beatson Institute for Cancer Research).

Baca Juga :  DWP Ditjen Diktiristek Gelar Beauty Class Guna Meningkatkan Keterampilan dan Kepercayaan Diri

Pada kesempatan yang sama Wakil Direktur IMERI, Budi Wiweko, menyampaikan apresiasi atas inisiatif Kemdiktisaintek menyelenggarakan dialog kebijakan ini, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan konkret terhadap pengembangan AI dalam riset, inovasi dan layanan kesehatan di Indonesia.

Pada bagian lain Koordinator tim fasilitator, Hendro Wicaksono, profesor di Constructor University Jerman yang juga co-founder start up Labdha, menjelaskan dialog kebijakan dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok terpumpun/FGD untuk identifikasi dan analisis masalah berdasarkan domain STEEPV (Social, Technology, Environment, Economy, Politics, Values), serta merumuskan usulan solusi dengan pendekatan SCAMPER (Substitute, Combine, Adapt, Modify, Put to another use, Eliminate, Reverse). Metode ini diharapkan dapat memberikan solusi konkret untuk Kemditisaintek dan berbagai pihak terkait.

“Melalui pendekatan ini, riset yang dilakukan diharapkan lebih tepat sasaran dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara nyata. Dialog yang berkelanjutan ini juga bertujuan untuk memperkuat sinergi antara pemangku kepentingan guna memastikan inovasi yang dihasilkan memiliki dampak luas dan berkelanjutan,” kata Dirjen Fauzan menambahkan.

Baca Juga :  KIP-Kuliah Menyongsong Indonesia Emas 2045

Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Ditjen Risbang, I Ketut Adnyana, yang turut serta dalam salah satu kelompok diskusi terpumpun, menyampaikan harapannya agar diskusi ini dapat menghasilkan pemetaan isu dan tantangan dalam pengembangan AI di bidang kesehatan yang nanti dapat dijadikan acuan dalam perancangan program penelitian. Materi diskusi termasuk identifikasi kesenjangan teknologi, kebijakan, dan literasi AI, serta penguatan regulasi terkait privasi data, data governance, interoperabilitas sistem, dan etika AI. Hasil diskusi juga diharapkan merumuskan rekomendasi kebijakan dengan mempertimbangkan pencapaian SDG 3 (Kesehatan yang Baik) dan SDG 9 (Inovasi dan Infrastruktur).

Dialog kebijakan AI bidang kesehatan ini akan dilanjutkan untuk batch selanjutnya pada tanggal 11 Maret 2025.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif