Gotong Royong Hilirisasi Hasil Riset Perguruan Tinggi

Jakarta – Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam mengungkapkan perguruan tinggi perlu melakukan tinjauan ulang untuk menyiapkan kompetensi mahasiswa dan menyiapkan lulusan agar ketika lulus tidak lepas dan terpisah dari kemajuan teknologi dan ekonomi. Indonesia sudah sangat unggul dalam kategori digital sehingga diharuskan lebih mendorong lahirnya inovasi perguruan tinggi sehingga dapat mengungkit perekonomian dan kemajuan bangsa, sehingga tidak tertinggal dari negara lain.

“Demi menghasilkan terobosan baru perguruan tinggi dan tidak tertinggal di dunia kerja dan industri dari negara lain, kita harus bergandengan tangan antara perguruan tinggi, dunia industri dan dunia kerja dengan mata rantai yang sudah tersambung,” tutur Nizam pada Webinar Nasional “Hilirisasi Hasil Riset Perguruan Tinggi: Jalan Berliku GeNose Menuju Pasar”, Kamis (28/01/21) yang digelar Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY dan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V DIY.

Nizam menuturkan bisnis perguruan tinggi berbasis beberapa hal, yaitu Tridharma dengan sinergi, kolaborasi kerja sama antara perguruan tinggi dengan dunia kerja dan industri untuk pendidikan dan penelitian yang sesuai dengan dunia kerja. Menyikapi hal itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan skema pendanaan hilirisasi penelitian Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) >5 di perguruan tinggi melalui Kedaireka yang merupakan ekosistem reka cipta untuk membangun bangsa.

“Kedaireka dan Kampus Merdeka mampu membantu sebagai tempat atau wadah pelatihan bagi perguruan tinggi dengan kinerja utama yang telah ditetapkan dan akan dipertemukan dengan dunia industri,” pungkasnya.

Baca Juga :  Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun 2023 Resmi Dibuka

Nizam menambahkan, diterimanya GeNose di masyarakat menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia karena penelitian GeNose sampai terealisasi dan siap dipasarkan. Dengan adanya GeNose mampu menyadarkan bahwa hilirisasi penelitian juga bisa dilakukan secara gotong royong antar perguruan tinggi. Dalam konteks ini, Nizam mendorong LLDikti Wilayah V dan perguruan tinggi di lingkungannya bisa melakukan gotong royong saling memanfaatkan potensi yang ada.

“UGM yang telah memiliki Science Techno Park (STP) dan melahirkan GeNose bisa menjadi pintu untuk membantu hilirisasi perguruan tinggi lain di lingkungan APTISI V,” imbuhnya.

Senada dengan Nizam, Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Hargo Utomo mengatakan akademisi peneliti dan industri harus berusaha bergotong royong agar semua inovasi dapat terhilirisasi. Pasalnya, dari ratusan hasil riset inovasi penelitian tidak semua dapat terhilirisasi, hanya beberapa hak paten yang dapat terhilirisasi di pasar dengan biaya pendanaan hingga ratusan miliar.

“Apabila satu riset berhasil akan memberikan dampak yang sangat besar bagi negara sehingga menghapus keraguan publik. Demi terhilirisasinya hasil riset, ayo gotong royong bersama menghilirkan inovasi. Kami siapkan alatnya namun kami butuh muatannya, tidak harus berupa produk,” ajaknya.

Menurut Hargo, berlikunya hilirisasi hasil riset inovasi untuk bisa berdaya saing di pasar tidak mudah untuk dilakukan. Hilirisasi riset perguruan tinggi mengalami berbagai masalah dalam melakukan penelitian demi mencapai produk massal yang bisa diterima pasar.

Baca Juga :  Melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Kemendikbud dan Kementan Sepakati Kerja Sama untuk Kemajuan Pertanian Indonesia

“Inflasi rating serapan industri dan hasil riset penelitian inovasi perguruan tinggi di Indonesia masih sangat terbatas sehingga dibutuhkan dorongan dan gotong royong dalam mewujudkan inovasi. Adanya bantuan dari industri sangat membantu dalam menghilir hasil riset ke pasar Indonesia bahkan internasional,”pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Konsorsium Riset Inovasi Covid-19, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, Ali Ghufron Mukti mengatakan bahwa dalam menekan Covid-19 perlu dilakukan 4T dan 3M sebagai penguatan inovasi.

Demi memulihkan perekonomian Indonesia, lanjut Ghufron, maka kasus kesehatan perlu segera diselesaikan dengan cara penyelesaiannya yaitu menarik kasus ke hulu dan memanfaatkan inovasi yang luar biasa dan dimonitoring dengan menggunakan teknologi salah satunya memantau bagaimana seseorang dapat terjangkit Covid.

“Dalam percepatan penanganan kasus pandemi, memerlukan kerja sama dan dukungan baik pemerintah dan masyarakat,” ungkap Ghufron.

Untuk itu, pungkas Ghufron, dalam melakukan riset seharusnya kita sudah mengetahui outcome dan output-nya, untuk kemudian harus dipahami mengenai bagaimana proses yang harus dilakukan dalam melakukan riset, dan harus dibangun sesuai dengan demand.
(YH/DZI/FH/DH/NH/FAN/DON/RAH)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Laman : www.dikti.kemdikbud.go.id
FB Fanpage : @ditjen.dikti
Instagram : @ditjen.dikti
Twitter : @ditjendikti
Youtube : Ditjen Dikti
E-Magz Google Play : G-Magz

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 3.40 out of 5)
Loading...
5053 Views