close

Dr Sahara, Inspiring Woman dari IPB University

Peran perempuan tidak bisa dilepaskan dalam pembangunan sebuah bangsa. Banyak rekam jejak kontribusi perempuan dalam mengembangkan masyarakat melalui profesinya. Salah satunya adalah Dr Sahara, dosen yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Ekonomi (IE) IPB University yang mendapat penghargaan internasional, karena karyanya dalam membantu petani kecil di tengah pandemi.

Dr Sahara mendapat penghargaan sebagai ‘Inspiring Wowen’ dari Australian Embassy. Penghargaan ini diberikan kepada perempuan yang memiliki kontribusi besar bagi bangsa dan masyarakat di negaranya. Ia membuat penelitian tentang dampak COVID-19 terhadap rantai pasok pertanian. Hasil penelitiannya ini mempermudah petani kecil untuk menjual hasil panen kepada konsumen menggunakan e-commerce.

“Sejak lulus kuliah di The University of Adelaide, Australia, saya konsisten melakukan penelitian terkait upaya peningkatan akses pasar bagi pelaku usaha kecil terutama petani/peternak kecil. Lalu juga dampak digital terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kecil. Penelitian terbaru saya adalah dampak pandemi COVID-19 terhadap petani kecil di Indonesia,” ungkap Dr Sahara.

Ia juga menjelaskan keaktifannya dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukan berbagai organisasi internasional. Sehingga banyak sekali risetnya yang berasal dari pembiayaan yang kompetitif dan multi years. Selain sosok peneliti, ia juga merupakan contoh kepemimpinan seorang perempuan. Sebagai Ketua Departemen, Dr Sahara banyak memberikan inspirasi baik bagi stakeholder internal maupu  eksternal IPB University melalui peran dan gagasannya.

Baca Juga :  Mahasiswa Program Indonesia International Students Mobility Awards Diharapkan Jadi Duta Bangsa dan Mendapatkan Kompetensi dari Kampus Luar Negeri

Lebih lanjut ia mengungkapkan perjuangannya dalam menempuh pendidikan S3 di University of Adelaide. Dr Sahara menerima beasiswa John Allwright Fellowship di bawah bimbingan Prof Randy Stringer, Prof Wendy Stringer dan Dr Amos Gya. Pada saat itu Dr Sahara harus menempuh studi di luar negeri dengan membawa kedua anaknya tanpa ditemani suaminya yang seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS).

“Karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, suami saya tidak bisa mendampingi kami di Australia. Ketiga pembimbing dari awal sudah mewanti-wanti agar saya bekerja keras menyelesaikan studi sekaligus mengurus kedua anak saya. Berkat bimbingan para pembimbing dan kerja keras akhirnya saya bisa menyelesaikan studi tepat waktu. Bahkan mendapat dua penghargaan sebagai presenter terbaik di University of Adelaide,” tambah Dr. Sahara.

Baca Juga :  Dorong Ketersediaan Plasma Konvalesen, ITS Sosialisasikan PlasmaHub

Ia mengungkapkan sangat beruntung mempunyai mentor yang luar biasa di IPB University, yaitu Prof Rina Oktaviani dan Dr Arief Daryanto. Alamarhumah Prof Rina Oktaviani yang berkeras mendorongnya untuk melanjutkan kuliah S3 ke luar negeri karena dia percaya dengan kapasitas yang Dr Sahara miliki.

“Pesannya kepada saya adalah “do the best’ di semua pekerjaan yang kamu jalani. Sedangkan Dr Arief Daryanto mengajarkan saya untuk membuka jaringan baik di tingkat internasional dan nasional dan memelihara jaringan tersebut,” imbuhnya.

Menurutnya, membuat jaringan membutuhkan investasi waktu dan dana, tetapi ketika jaringan tersebut sudah berhasil dibangun maka reward-nya tidak hanya kepada pribadi tetapi juga bermanfaat kepada institusi.

Pembimbingnya di Adelaide University juga selalu mengatakan jangan takut untuk mencoba/mempelajari sesuatu yang baru karena pengetahuan selalu berkembang.
“Berbekal dari nasihat beliau-beliau, maka insight yang selalu saya pegang dan bisa saya berikan adalah always do the best. Kedua, bangun jaringan dan selalu siap belajar sesuatu yang baru,” tutup Dr Sahara.