Penelitian di Bidang Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran Gigi Pencegahan : A life course approach

Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D mengukuhkan lima guru besar UI Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan dua guru besar Fakultas Kedokteran (FK) dalam Sidang Terbuka Upacara Pengukuhan Guru Besar (GB). Salah seorang yang dikukuhkan tersebut adalah Prof. Diah Ayu Maharani, drg., Ph.D sebagai guru besar ke-353 di UI dan guru besar ke-35 FKG. Pengukuhan dilakukan secara virtual pada Sabtu lalu (24/4).

Prof. Rani menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Penelitian di Bidang Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran Gigi Pencegahan: A life course approach”. Ia menjelaskan bahwa pendekatan kehidupan (A life course approach) menekankan pentingnya perspektif waktu dan sosial, dengan melihat secara menyeluruh pengalaman hidup seseorang, pada generasi yang berbeda, untuk dapat menggambarkan pola status kesehatan dan penyakit saat ini, dengan tetap mempertimbangkan bahwa kejadian masa lampau dan kondisi saat ini terbentuk dari konteks sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang luas.

Cara pandang ini tepat digunakan dalam memahami kesehatan gigi dan mulut secara komprehensif dan integral melalui penelitian-penelitian yang berkualitas sesuai standar internasional. Analisis makro yang berkelanjutan menunjukkan bahwa disparitas, baik inequality dan inequity, kesehatan gigi dan mulut persisten. Hambatan akses menjadi tantangan utama dalam mencapai “Health for All”.

Prof. Rani memaparkan salah satu ukuran evaluasi bahwa seseorang memiliki pengetahuan atau informasi dasar tentang kesehatan gigi dan mulut serta layanan yang diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang sesuai adalah melalui oral health literacy. Oleh karena itu, level oral health literacy masyarakat mempengaruhi beban penyakit gigi dan mulut, dan berkontribusi terhadap disparitas kesehatan gigi dan mulut. Menurutnya, memahami fenomena kesenjangan pengetahuan dan perspektif antara masyarakat dan profesional kesehatan merupakan determinan dan indikator keberhasilan implementasi kebijakan kesehatan gigi dan mulut.

Baca Juga :  Pimnas 36: TASER-2P, Teknologi Cerdas Pengusir Hama Lewat Gelombang Suara

“Penelitian-penelitian epidemiologi oral dapat meningkatkan pemahaman kita mengenai pentingnya perbedaan tahapan kehidupan dari anak-anak hingga lanjut usia dan kaitannya dengan health capital serta proses spesifik penyakit gigi dan mulut. Studi di tahun 2019 memaparkan adanya dinamika tren penyakit, dimana prevalensi karies gigi pada anak umur 12 tahun di Indonesia cenderung menurun menjadi 61% dengan rerata jumlah gigi berlubang adalah 1,5 gigi. Berdasarkan World Health Organization data ini termasuk kategori rendah. Yang memprihatinkan adalah bahwa 93% anak-anak dengan gigi berlubang tersebut tidak mendapatkan perawatan. Penurunan angka kepenyakitan gigi berlubang ini diikuti dengan peningkatan jumlah dan keparahan erosi gigi dengan prevalensi 96%,” ujar Prof. Rani.

Oleh karena itu, pengetahuan mengenai epidemiologi oral menjadi hal krusial dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi kedokteran gigi dan pencegahan menggunakan prinsip evidence-based dentistry.

Lebih lanjut Prof. Rani menjelaskan bahwa Oral Health Related Quality of Life merupakan ukuran dampak suatu program intervensi, serta menguatkan implikasi perawatan yang patient oriented dan memiliki perspektif interdisiplin. Oral Health Related Quality of Life memberikan gambaran penilaian pasien terhadap kekhawatiran mereka dan terhadap hasil yang mereka harapkan dan rasakan. Area penelitian ini diperlukan ketika profesional kesehatan bekerja sama dengan pasien maupun masyarakat untuk membuat mereka mematuhi perawatan dan memiliki keperdulian yang seimbang sehingga prognosis optimal.  Perilaku dan faktor-faktor sosial merupakan determinan status kesehatan gigi mulut yang esensial dipelajari untuk pencegahan serta perawatan kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Implementasi program intervensi kesehatan tidak akan berhasil tanpa mempertimbangkan konteks sosial.

Baca Juga :  Kerja Sama dengan Ristek/BRIN dan AIPKI, Ditjen Dikti Luncurkan Serial Kuliah Webinar Riset Konsorsium Covid-19

“Ilmu kedokteran gigi pencegahan mempunyai cakupan yang luas dan terpadu dalam memahami life course approach. Seiring dengan perkembangan internet, maka meningkat juga pengguna internet untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut baik pencegahannya maupun perawatannya,” ujar Prof Rani. Profesional kesehatan gigi dan mulut dapat menstrategikan untuk meyediakan informasi yang tepat untuk masyarakat melalui internet dan sosial media.

Di akhir pidatonya, ia menyampaikan tentang penelitian-penelitian berkesinambungan, terstruktur dan terarah berbasis data yang reliabel dan valid untuk mencari intervensi yang efektif dan efisien pada kelompok masyarakat yang berbeda-beda merupakan hal mutlak dan hakiki untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia.

Prof. Rani menyelesaikan pendidikan sarjana dan profesi dokter gigi di FKG UI pada tahun 1998-2003, kemudian tahun 2005-2009 ia melanjutkan program Doktoral di Tokyo Medical and Dental University. Prof. Rani pernah menjabat menjadi Kepala Kantor Pengelolaan Produk Riset dan Inovasi UI di tahun 2017-2020,  Direktur Pendidikan UI di tahun 2020 dan tahun 2021 sampai dengan saat ini menjadi Ketua Program Studi  Magister  Kedokteran Gigi Komunitas.

Pada acara pengukuhan tersebut hadir tamu undangan, antara lain Prof. Colman McGrath (Hong Kong University), Prof. Izzet Yavuz (Harran University), Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. A. M. Hendropriyono, S.T., S.H., M.H. (Kepala Badan Intelijen Negara Periode 2001-2004), Dr.  As’ad Said Ali, Prof. Dr. Dr. Amin Husni, M.Sc., Sp.S(K)., PAK (K) (Guru Besar FK Universitas Diponegoro), serta para  dekan/direktur dari dakultas/pascasarjana/program pendidikan vokasi yang ada di UI. Acara tersebut disiarkan juga melalui UIteve dan kanal Youtube resmi UI.