close

Prof. Mohamad Nasir Bahas Strategi Kuliah Tatap Muka dalam Webinar SEVIMA

SURABAYA (28/04) – Seluruh perguruan tinggi saat ini mulai mempersiapkan skema untuk melaksanakan kuliah tatap muka terbatas. Hal ini dilakukan seiring terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri.
Menanggapi aktivitas perguruan tinggi tersebut, Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak., selaku Staf Khusus Wakil Presiden Republik Indonesia danKetua Lembaga Perguruan Tinggi Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU), berharap bahwa kuliah tatap muka terbatas jangan sampai diartikan sebagai mengakhiri kuliah online. Karena menurutnya, kuliah online merupakan sebuah kemajuan yang sangat berharga di dunia pendidikan. 
“(Dengan e-learning) kita sudah maju. Sehingga (kuliah online) jangan sampai ditinggalkan, dan jangan sampai kita mundur lagi ke belakang. Justru dengan adanya e-learning ini, perlu kita kombinasikan dengan kuliah tatap muka. Dunia pendidikan harus menjadikan metode ini sebagai tools untuk mendongkrak pendidikan Indonesia yang lebih maju,” papar Nasir yang juga Mantan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dalam Webinar Komunitas SEVIMA pada Selasa (27/04) sore. 
Webinar yang bertajuk “Strategi Perguruan Tinggi Menghadapi Kuliah Tatap Muka” ini dihadiri oleh Dr. dr. Sukadiono selaku Pakar Kesehatan yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, serta 325 pimpinan kampus dan 4.000 dosen se-Indonesia yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA.
Kombinasi Kuliah Tatap Muka dan Daring jadi Pilihan Tepat
Metode blended learning, atau kombinasi kuliah tatap muka dan daring, dalam kacamata Nasir dapat menjadi solusi untuk menciptakan outcome pendidikan Indonesia yang lebih unggul. Dengan cara mengkombinasikan keunggulan dari pembelajaran online, serta menutupi kekurangannya dengan cara menggelar kuliah tatap muka sesuai dengan kebutuhan.
“Artinya dengan kombinasi, tidak ada metode yang ditinggalkan. Karena perlu ditekankan, dari pandemi kita sudah memahami, bahwa belajar secara daring bukan berarti mengurangi esensi dari proses belajar mengajar, dan sama sekali bukan penghalang dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang cerdas dan terampil,” ungkap Nasir.
Keunggulan mengkombinasikan kuliah tatap muka dan daring datang dari banyak sisi. Yang pertama adalah dari segi kenyamanan. Berbeda dari kalangan civitas pendidikan di sekolah yang cenderung memilih untuk belajar tatap muka, para mahasiswa dan orang tuanya justru lebih nyaman belajar secara online.
“Karena mahasiswa pada umumnya sudah mandiri dalam belajar. Survei di universitas negeri juga sudah menunjukkan mahasiswa lebih nyaman kuliah online,” ungkap Nasir.
Sedangkan yang kedua, dari segi ekonomi, kuliah online membuat mahasiswa yang berasal dari luar kota tidak perlu merantau maupun kos. “Ini merupakan penghematan yang luar biasa untuk keluarga,” lanjut Nasir.
Selain itu bagi mereka yang bekerja, juga bisa mengikuti kuliah online tersebut di mana saja dan kapan saja. Rekaman kuliah online bisa ditampilkan kapan saja, begitupula dengan tugas kuliah yang dapat mereka kerjakan menyusul selama mengikuti deadline yang telah ditetapkan. Metode ini biasa disebut sebagai pembelajaran asynchronous (tidak langsung).
Dengan kesempatan ini, artinya tidak ada lagi rasa bimbang dalam memilih prioritas hidup antara kuliah atau bekerja. Sehingga diharapkan makin banyak masyarakat yang memutuskan untuk kuliah, dan bermuara pada meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) masyarakat Indonesia.
“Inilah kenyamanan dari kuliah online, bisa belajar secara anytime, anywhere, and any place (kapan saja, dan di mana saja). Oleh karena itu, meskipun mahasiswa akan menghadapi perkuliahan tatap muka terbatas, dengan menggunakan e-learning ini mereka masih terus bisa mendalami perkuliahan tersebut. Harapannya, semua bisa kuliah, sehingga kualitas sumber daya manusia dan angka partisipasi kasar kita yang selama ini selalu urutan buncit di kancah internasional menjadi meningkat,” terangnya.
Kenapa Belum Bisa Full Kuliah Online?
Ditengah keunggulan tersebut, kuliah online juga memiliki tantangannya tersendiri. Yaitu dari segi fasilitas pembelajaran. Tidak sedikit mata kuliah yang membutuhkan praktikum menjadi terhambat karena ketiadaan kuliah tatap muka.
Sebenarnya, ungkap Nasir, solusi teknologi untuk permasalahan tersebut memang sudah ada. Diantaranya menggunakan Artificial Inteligence (AI), Virtual Reality (VR), dan mekanisme pembelajaran yang telah diotomatisasi lainnya. Akan tetapi, fasilitas tersebut  belum dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat karena harganya yang cukup mahal.
“Di Kanada, mahasiswa kedokteran bisa menggunakan VR Box (Kacamata Virtual Tiga Dimensi), lalu seolah-olah menghadapi pasien langsung dan bisa mempraktekkan keahliannya. Tapi harus diakui bahwa fasilitas ini mahal, prohibitively expensive. Oleh karena itu, solusi kita adalah meningkatkan pemanfaatan e-learning sembari tetap kuliah tatap muka terbatas,” lanjut Nasir.
Prosedur Tepat Melakukan Kuliah Tatap Muka Terbatas
Untuk memastikan kuliah tatap muka terbatas, Nasir menyarankan bahwa protokol kesehatan harus dipastikan dapat berlangsung dengan baik. “Sederhananya, melaksanakan protokol 5M yang senantiasa dihimbau oleh Pemerintah melalui Gugus Tugas COVID. Yaitu: mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Jika sudah bisa menerapkannya dengan baik, maka perguruan tinggi tersebut bisa mengadakan perkuliahan tatap muka terbatas,” ungkapnya.
Senada dengan Nasir, Sukadiono selaku pakar kesehatan juga merekomendasikan empat hal yang harus disiapkan jika kampus siap mengadakan kegiatan tatap muka terbatas ini. 
Antara lain, mengurangi kelas fisik dan menggantinya dengan ruang yang lain, mempersiapkan design efektif untuk mobilitas atau aktivitas fisik dalam institusi pendidikan, menyiapkan perangkat pembelajaran online yang mumpuni, dan wajib mengaplikasikan protokol kesehatan dengan ketat. 
“Kampus harus benar-benar memahami empat hal yang harus disiapkan antara lain, mengurangi kelas fisik dan menggantinya dengan ruang yang lain, mempersiapkan design efektif untuk mobilitas atau aktivitas fisik dalam institusi pendidikan, menyiapkan perangkat pembelajaran online yang mumpuni, dan wajib mengaplikasikan protokol kesehatan dengan ketat. Jika berhasil dilakukan, maka kampus sudah siap menjalankan kuliah tatap muka tersebut,” ungkap Nasir
Melalui saran-saran tersebut, Sugianto Halim MMT selaku Direktur Utama SEVIMA berharap bahwa makin banyak lagi perguruan tinggi yang memanfaatkan teknologi. ”Sehingga kuliah tatap muka yang berkualitas dapat kita gelar, dengan dukungan teknologi pembelajaran daring yang mumpuni, dan kita bisa bersama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa,” pungkas Halim.

Baca Juga :  Wamendiktisaintek Dorong Riset Lokal untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Aceh