close

Serial Komunitas PSP3 IPB University Bicara Kemandirian Pertanian

Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University gelar Webinar Kemandirian Pertanian, (14/4). Kepala PSP3, Prof Muladno menjabarkan bahwa ada masalah yang sudah mengakar yaitu pendidikan. Oleh karena itu, webinar ini menghadirkan para pakar yang dapat memberikan edukasi ilmiah kepada masyarakat secara luas.

Pada kesempatan ini, Prof Muladno sekaligus menyampaikan perbaikan nama kegiatan yang semula saat launching diberi nama Sekolah PSP3, diganti menjadi Serial Komunitas (Serial Komunikasi, Telaah, dan Aksi) PSP3. “Diharapkan ujung dari setiap serial diskusi adalah aksi yang dapat memberi kemanfaatan utk masyarakat luas,” ujarnya.

Kegiatan ini menghadirkan Prof Eriyatno, Prof Yandra Arkeman, Dr Sofyan Sjaf, ketiganya merupakan dosen IPB University. Juga dihadirkan Jimmy Hantu, inovator di bidang pertanian.

Baca Juga :  Tantang Mahasiswa DKV ITS Berkarya untuk Cegah Penyebaran Covid-19

Dalam paparannya yang berjudul “Sistem Kemandirian Pertanian”, Prof Eriyatno mengatakan bahwa ada solusi konkrit yang ditawarkan pada buku yang ditulis Himpunan Alumni IPB University pada tahun 2004. Yaitu dibentuknya Badan Usaha Milik Petani dan Lembaga Perlindungan Petani. “Undang-undang mengenai perlindungan tani baru ada pada tahun 2013. Pertanian adalah tentang siapa, mendapatkan apa dan mengapa,” Prof Eriyatno.

Sementara itu, Prof Yandra Arkeman membahas mengenai technopreneurship, yakni kewirausahaan berbasis teknologi. Orientasi pada technopreneurship ini adalah peningkatan nilai tambah. Teknologi digital ini sangat penting untuk dikembangkan dalam rangka menuju kemandirian pangan dan mulai mengganti pertanian konvensional yang tidak efisien, kurang kompetitif, dan kurang ramah lingkungan ke sistem pertanian yang lebih baik.

“Dalam rencana strategis untuk agro maritim ini harus menerapkan prinsip integrated dan intelligent dan ruang lingkupnya dari A sampai Z,” ujarnya.

Baca Juga :  EduVent School, Sistem Pembelajaran Petualangan Karya Dosen ITS

Dr Sofyan Sjaf selaku Penggagas Program Data Desa Presisi (DDP) setuju dengan paparan Prof Yandra. Pada paparan Dr Sofyan menyampaikan tentang dampak positif COVID-19 yang menyadarkan tentang pentingnya sektor pangan. Dr Sofyan juga menyajikan data empiris mengenai kondisi aktual di desa berdasarkan data dari desa. Adapun hal yang yang harus dilakukan dalam memperbaiki desa adalah menciptakan aktivis desa, pendidikan vokasional, serta terakhir adalah big data desa dan pangan.

Menurut Jimmy Hantu, banyaknya masalah ini menjadi PR bersama. Pada kegiatan ini Gus Jim, sapaan akrabnya, menyampaikan berbagai gagasan yang cukup menarik mengenai pengembangan pertanian di masa depan. (**/Zul)