KKN Abmas ITS Kembangkan Jalur Wisata Menggunakan Network Analysis
Segenap tim KKN Abmas ITS bersama para pemangku kepentingan setempat setelah rapat focus group discussion (FGD) di Kantor Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Provinsi Jawa
Kampus ITS, ITS News — Terbatasnya akses untuk menuju komplek candi peninggalan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, membuat situs ini sulit dikunjungi. Guna meningkatkan wisatawan, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tawarkan solusi jaringan jalur wisata menggunakan network analysis.
Koordinator kegiatan KKN Abmas ini, Fadil Handika Prasetyo menjelaskan, beberapa objek daya tarik wisata (ODTW) utama yang terletak pada situs ini adalah Candi Brahu, Candi Bajang Ratu, Kolam Segaran, dan situs peninggalan sejarah lainnya. Dengan total 20 ODTW, situs wisata ini tersebar di tiga desa, yaitu Desa Baijijong, Desa Sentonorojo, dan Desa Jatipasar.
Sayangnya, persebaran situs wisata ini belum dilengkapi dengan sarana penunjang yang menghubungkan antar-ODTW, terutama dalam aspek transportasi umum. Selain itu, integrasi dan aksesibilitas untuk para pejalan kaki juga kurang memadai, seperti tidak tersedianya petunjuk arah dan jalur wisata secar alengkap bagi wisatawan. “Hal ini diperburuk dengan pembangunan yang masih terpusat pada Desa Beijijong saja,” ujar Mahasiswa Departemen Perencanaan dan Kota tersebut.
Handika dan tim kemudian mengembangkan beberapa solusi, salah satunya adalah rancangan jaringan transportasi lanjutan (feeder) untuk menghubungkan seluruh ODTW dalam satu jaringan. Dalam perancangannya, analisis yang digunakan untuk mengembangkan jaringan feeder adalah network analysis, yaitu fitur dalam aplikasi ArcGIS untuk menentukan rute terdekat atau tercepat pada jaringan jalanan yang menghubungi berbagai ODTW.
Tahap terakhir program KKN Abmas ini adalah untuk menawarkan berbagai solusi yang telah dirancang dan membahas eksekusi solusi-solusi tersebut. Serah terima ini diadakan pada rapat focus group discussion (FGD) yang dihadiri oleh beberapa pemangku kepentingan setempat seperti Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Mojokerto, Perangkat Desa Beijijong, dan Perangkat Desa Trowulan.
Handika berharap, solusi-solusi yang ia dan tim berikan dapat membantu keberlanjutan wisata budaya Mojokerto yang dibagi menjadi tiga pilar keberlanjutan, yaitu pilar sosial, ekonomi, dan lingkungan. “Membangun wisata harus memperhatikan aspek lingkungan dan sosial, tidak hanya ekonomi yang dikembangkan,” simpul mahasiswa asal Mojokerto ini. (HUMAS ITS)