Strategi Komunikasi Publik yang Efektif untuk Tingkatkan Pemahaman Masyarakat Terkait Covid-19

Jakarta – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyelenggarakan Webinar Sama-Sama Belajar dengan tema ”Strategi Komunikasi Publik yang Efektif untuk Intervensi Perubahan Perilaku Masyarakat”. Webinar ini bertujuan untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan komunikasi relawan di seluruh Indonesia dalam memberikan edukasi dan informasi yang tepat kepada masyarakat tentang Covid-19.

Seminar daring ini telah diikuti oleh 3.000 peserta baik dari kalangan relawan, mahasiswa, dosen, tenaga medis, hingga masyarakat umum secara virtual melalui media zoom dan youtube. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program capacity building Relawan COVID-19 Nasional (RECON) Kemendikbud, agar bisa selalu sama-sama belajar untuk lebih berdampak kepada masyarakat.

Kegiatan ini dapat terselenggara berkat kerja sama Ditjen Dikti bersama, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), The United Nations International Children’s Fund (UNICEF) Indonesia, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (GTPPC-19), dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). “Keterlibatan relawan merupakan bagian dari kegiatan gotong royong untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan bentuk implementasi program merdekar belajar,” terang Koordinator Kemahasiswaan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Ditjen Dikti Sukino yang mewakili Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

Dalam waktu tiga hari telah terjaring 15.000 relawan yang bertugas secara bertahap sejak bulan April 2020. Program tersebut diluncurkan oleh Kemendikbud dengan nama RECON yang dapat diakses melalui http://relawan.kemdikbud.go.id. “Program ini berfungsi memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pendampingan secara daring kepada masyarakat dalam hal pencegahan dan penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh para relawan mahasiswa kesehatan dan para dokter sebagai case manager (CM) dari AIPKI,” jelas Sukino.

Baca Juga :  Gentayu dan Rondhan Tim Antawirya Hexa UNDIP Raih Prestasi Membanggakan pada Kompetisi Shell Eco-Marathon Asia Pacific & Middle East 2023

Peserta diharapkan dapat menyerap ilmu dari narasumber sehingga dapat diaplikasikan untuk diri sendiri, keluarga, komunitas, dan masyarakat secara luas. “Mahasiswa sebagai agen perubahan dan generasi solutif diharapkan dapat menjadi penggerak adaptasi kebiasaan baru di masyarakat,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Communication For Development (C4D) Specialist UNICEF Rizky Syafitri menyampaikan bahwa sebelum ditemukannya vaksin, satu-satunya cara untuk keluar dari krisis ini adalah dengan memastikan kita dan masyarakat patuh pada protokol kesehatan, dan menurutya hal ini bukan perkara yang mudah. Promosi kesehatan yang dilakukan oleh relawan saat ini akan sangat berdampak pada perubahan perilaku masyarakat.

Memberikan informasi saja belum cukup untuk mengubah perilaku masyarakat, Diperlukan alat dan juga teknik agar dapat dipahami oleh masyarakat. “Teknik yang akan disampaikan oleh Pak Risang akan sangat bermanfaat, baik dalam kegiatan kerelawanan, memberi promosi kesehatan, dan juga interaksi dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Rizky yang juga bergabung dalam Tim Komunikasi Publik GTPPC-19.

Sekretaris Jenderal ISMKI Nauval Fariz Damas menyampaikan bahwa program kerelawanan belum selesai. Webinar ini menurutnya sebagai sarana refreshment terutama dalam hal komunikasi.

Baca Juga :  Bantuan PCR dan APD untuk UGM

“Selalu jaga semangat, terutama semangat kerelawanan. Mari kita berkonstribusi untuk negara dalam rangka penyelesaian Covid-19,” ungkap Nauval yang juga menjadi Tim Pengelola RECON.

Hadir sebagai pemateri, Konsultan C4D UNICEF Indonesia Risang Rimbatmaja. Menurutnya salah satu kesalahan umum yang dilakukan orang saat berkomunikasi adalah perbedaan persepsi terhadap topik yang sedang dibicarakan. “Dalam menjawab pertanyaan orang, harus tepat sesuai dengan hal yang ditanyakan oleh orang tersebut,” ungkapnya.

Risang menjelaskan bahwa Komunikasi bukan hanya masalah menyampaikan atau mendengarkan pendapat, tetapi juga masalah memahami pendapat orang lain. Setiap manusia pasti memiliki “pagar” yang terbentuk dari pemikiran mereka, namun sebagai edukator harus mampu meyakinkan mereka dan membuat mereka membuka “pagar” yang mereka bentuk. Sehingga dapat menyampaikan materi edukasi diinginkan. Dengan begitu konten edukasi yang diberikan dapat sesuai dan menjawab keresahan dari target edukasi.

Selanjutnya peserta seminar akan memberikan edukasi kepada keluarga dan masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka sebagai bentuk implementasi dari materi yang telah didapatkan dalam seminar ini. Hal tersebut merupakan bukti nyata gotong royong masyarakat dalam menekan angka penyebaran Covid-19 diawali dari lingkungan sekitar mereka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku. (AF/KV/AP/YH/DZI/FH/DH/NH)

Humas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Tim RECON
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan