close

Inovasi Mahasiswa ITS Usung Metode Konstruksi Berkelanjutan

Kampus ITS, ITS News – Gagasan inovatif dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak terbatas, tak terkecuali dalam bidang konstruksi. Salah satunya ditunjukkan oleh Tim Nawasena 63 dari Departemen Teknik Sipil ITS yang telah membuktikan hal tersebut dengan mengembangkan metode Lean Construction yang berkelanjutan.

Salah satu anggota Tim Nawasena 63 Muhammad Ricky Ramadhan memaparkan bahwa keterlambatan pelaksanaan proyek acapkali ditemui dalam industri konstruksi di Indonesia. Permasalahan tersebut mengakibatkan pemborosan material dan waktu sehingga mengurangi nilai proyek. “Proyek konstruksi menjadi salah satu pekerjaan yang menghasilkan pemborosan paling banyak,” papar mahasiswa yang biasa disapa Ricky ini.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Ricky bersama dua rekan timnya yaitu Kirana Dyanty Adhe Soranda dan Anisa Dyah Agustina merumuskan metode Lean Construction. Yakni metode yang dilakukan dengan meminimalisir pemborosan untuk meningkatkan nilai proyek. Tim Nawasena 63 sendiri berfokus pada aspek keberlanjutan untuk penerapan Lean Construction ini.

Ilustrasi zonasi area dan rotasi bekisting yang dikembangkan oleh Tim Nawasena 63 dari ITS

Dalam penerapannya, tiga mahasiswa Departemen Teknik Sipil ini menggagas empat pengembangan untuk memaksimalkan efektivitas metode Lean Construction. Pertama adalah zonasi area, yaitu membagi area proyek menjadi dua bagian untuk dikerjakan secara tumpang tindih. “Untuk mencegah waktu terbuang karena menunggu pekerjaan lain selesai,” ujar mahasiswa angkatan 2020 ini.

Baca Juga :  Bantu Masyarakat Putus Rantai Penyebaran COVID-19, Universitas Pertamina Bagikan Hand Sanitizer kepada Warga Kelurahan Grogol Selatan

Pengembangan kedua adalah rotasi bekisting di mana alat berupa cetakan beton tersebut digunakan untuk empat kali pemakaian. Bekisting konvensional terbuat dari plywood sehingga hanya sekali pakai. Oleh karena itu, Tim Nawasena 63 menginisiasi bahan phenolic film sebagai pelapis bekisting supaya lebih tahan lama. “Dengan material tersebut, bekisting dapat dibersihkan dan digunakan kembali,” jelasnya.

Dari segi teknologi, Tim Nawasena 63 memprakarsai integrasi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) terhadap perangkat yang ada. AI dalam hal ini akan tersambung dengan CCTV di lokasi konstruksi untuk menganalisis perkembangan proyek. Data tersebut selanjutnya akan tersimpan dan dapat diakses oleh para stakeholders maupun pekerja konstruksi menggunakan gawai yang tersambung internet.

Baca Juga :  Unpad Raih Rekognisi Perguruan Tinggi Pemberi Layanan Informasi Publik Ramah Disabilitas

Selanjutnya, Ricky menuturkan bahwa keempat pengembangan tersebut saling terintegrasi dan dapat dijalankan dalam satu proyek. Disusun dengan metode yang runtut, ia yakin inovasi timnya tersebut realistis dan mampu meminimalisir pemborosan dengan berkelanjutan. “Sejauh ini, masih jarang proyek konstruksi yang mengimplementasikan keempat inovasi tersebut bersamaan,” tutur pemuda berkacamata ini.

Layaknya metode Lean Construction yang berkelanjutan, Ricky berharap tonggak partisipasi mahasiswa dalam kompetisi bidang konstruksi bisa terus berlanjut. Menurutnya, banyak ilmu yang tidak diajarkan di dalam kelas bisa diperoleh ketika berlaga. “Semoga apa yang kami temukan ini dapat menjadi inspirasi serta mendukung perkembangan inovasi konstruksi ke depannya,” harapnya.

Di bawah bimbingan dosen Ir Retno Indryani MT, inovasi Tim Nawasena 63 ini sukses mengantarkannya menyabet juara II pada kompetisi National Project Cost Estimation, belum lama ini. Kompetisi tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Civil Engineering Festival 2023 yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Jakarta. (HUMAS ITS)