close

Mahasiswa ITS Lestarikan Bahasa Jawa Melalui Video Animasi

Para tim pemenang ajang Gemastik XVI kategori Animasi dari berbagai kampus di Indonesia

Kampus ITS, ITS News — Guna melestarikan bahasa Jawa di Indonesia, tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan sebuah karya yang berjudul Aksara Swara. Inovasi yang disampaikan dalam bentuk video animasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya, khususnya bahasa Jawa yang kaya makna dan nilai tradisionalnya.

Tim CTRL+S, yang terdiri dari tiga mahasiswa ini berangkat dari kajian identitas budaya mereka sendiri. Meskipun berlatar belakang sebagai keturunan Jawa yang kaya akan warisan bahasa, mereka merasa terisolasi karena ketidakmampuan berbicara dalam bahasa Jawa. Tantangan ini timbul akibat lingkungan keluarga dan perkuliahannya yang mayoritas menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi sehari-hari.

Ketua tim CTRL+S, Cendikia Queendita Karmadi menyatakan, video animasi ini memiliki durasi selama lima menit yang memadukan dengan apik budaya Jawa akan warisan tradisional dan teknologi modern yang canggih. Aksara Swara diciptakan lewat karya yang menggugah, mengajak penonton merenung tentang perpaduan harmonis antara tradisi dan teknologi dalam budaya sakral Indonesia.

Baca Juga :  UI Raih Gold Winner dari PR Indonesia 2021 Untuk Laporan Tahunan Terbaik dan Dua Penghargaan Lain
Poster Aksara Swara yang dibentuk oleh tim CTRL+S dalam ajang Gemastik XVI 2023

Dalam narasi yang menakjubkan ini, tim CTRL+S memperkenalkan sejumlah tokoh utama yang mewakili berbagai generasi masyarakat. Di antaranya, ada Pak Kusno, seorang ahli bahasa Jawa yang bijak, Sri, seorang mahasiswa berprestasi yang bersemangat, serta Budi, seorang siswa yang mengalami Autism Spectrum Disorder (ASD) yang menambahkan dimensi kemanusiaan dalam cerita ini.

Menurut Queen, pemilihan tokoh utama yang mengalami ASD ini didasari oleh pengalaman pribadi salah satu anggota tim CTRL+S yang memiliki sahabat dengan kondisi ASD. Queen menjelaskan bahwa individu tersebut seringkali mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan teman sebaya mereka. “Seperti Budi yang memiliki tantangan dalam berkomunikasi dengan teman-temannya, tetapi semangatnya untuk belajar sangat tinggi,” ujarnya.

Salah satu cuplikan dari video animasi berjudul Aksara Swara, karya dari tim CTRL+S dari Departemen DKV ITS

Dalam cerita, dikisahkan perasaan kekhawatiran yang dirasakan oleh Pak Kusno, seorang guru bahasa Jawa yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun. Ia merasa prihatin dengan kurangnya minat siswa saat ini dalam mempelajari bahasa Jawa. Meskipun demikian, Pak Kusno tetap mempertahankan semangatnya untuk mengajar tanpa terkecuali, dengan fokus khusus pada Budi.

Menanggapi semangat yang tulus dari Pak Kusno dalam upayanya akan keinginan untuk belajar dari Budi, seorang mahasiswa bernama Sri telah mengambil langkah berani dengan mengangkat fenomena ini sebagai inspirasi untuk lomba yang dia ikuti. Ia bertekad untuk membentuk sebuah aplikasi permainan pendidikan. Dengan kehadiran gim edukatif yang inovatif ini, kami yakin bahwa upaya untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa akan semakin diperkuat dan berkelanjutan.

Baca Juga :  Bantu Tingkatkan Potensi Sumber Daya, ITS Digandeng Pemkab Blora
Tim CTRL+S berhasil mencapai juara II dalam ajang Gemastik XVI 2023 di kategori Animasi

Karya yang telah digagas oleh mahasiswa Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV) ITS mencapai prestasi luar biasa, yakni posisi juara kedua dalam ajang bergengsi Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) XVI dengan kategori Animasi. “Tentunya, sangat bahagia melihat bahwa karya ini mampu membawa kami meraih juara,” ujar Queen dengan penuh kebanggaan.

Dengan terciptanya video animasi singkat ini, tim CTRL+S berharap dapat mengupayakan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan budaya bahasa Jawa di Indonesia. Mereka juga berpesan kepada seluruh masyarakat untuk gigih memperjuangkan pendidikan yang bersifat inklusif. “Selain pelestarian budaya, pendidikan inklusif juga tetap dijunjung dan dikembangkan di seluruh penjuru,” pungkasnya. (HUMAS ITS)