close

Marine Debris Harus Menjadi Perhatian Bersama

Peduli terhadap pengurangan plastik laut Indonesia, World Bank Gandeng IPB University dan berbagai unsur dengan menggelar workshop “Gerakan Bersama untuk Mengurangi Sampah Plastik demi Laut Indonesia yang Sehat” secara daring, 15/3.

Isu ini dipilih karena sampah plastik laut merupakan isu utama di bidang lingkungan. Tidak hanya itu, sampah plastik turut menjadi ancaman serius terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup lautan Indonesia.

Wakil Rektor IPB University Bidang Internadionalisasi, Kerjasama dan Hubungan Alumni, Prof Dodik Ridho Nurrochmat menyampaikan bahwa masalah sampah plastik di lautan telah menjadi isu global dan menjadi salah satu kunci dari Sustainable Development Goals (SDGs) ke 14.1.

Ia mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik keluatan terbesar kedua setelah China berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik dan Badan Pusat Statistik RI.

Ia menyebut, sampah plastik di indoneaia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sampah plastik tersebut berasal dari limbah pelayaran, limbah rumah tangga, industri perkantoran.

“Terlebih lagi saat kondisi pandemi semakin banyak  limbah pemakaian masker, sarung tangan, alat pelindung diri (APD), yang berujung di laut, padahal sampah plastik membutuhkan ratusan hingga jutaan tahun untuk dapat terurai,” kata Prof Dodik.

Baca Juga :  Tim KKN ITS Bantu Maksimalkan Potensi Desa Wisata di Bali

Lebih lanjut Prof dodik menyampaikan terkait bahaya sampah plastik. Dirinya menyebut,  polusi plastik bisa terjadi di hulu dan juga sepanjang badan aliran sungai.

Sampah bisa mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai yang mengakibatkan banjir di pesisir. Di laut, sampah dapat menjerat hewan laut, seperti penyu, lumba-lumba, maupun paus, bahkan termakan dan menumpuk dalam tubuh mereka.

“Marine debris juga sangat merusak estetika pantai, plastik yang ada di laut akan terurai menjadi partikel yang lebih kecil, yang disebut microplastik, jika hal tersebut masuk dalam rantai makanan maka akan berakhir juga dalam tubuh manusia,” ucap Prof Dodik.

Terkait sampah plastik di lautan juga menjadi perhatian IPB University, ucap Prof dodik. IPB University merupakan perguruan tinggi yang fokus di bidang pertanian, kelautan dan biosains, sehingga marine debris menjadi salah satu perhatian utama para akademisi dan peneliti dalam melakukan berbagai riset.

Riset yang dilakukan diantaranya adalah monitoring kesehatan ekosistem, dampak terhadap organisme laut, pengelolaan sosial ekonomi dan eksplorasi produk bioplastik ramah lingkungan.  IPB University juga telah melakukan diskusi terbuka terkait marine debris khususnya oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) di tingkat nasional maupun internasional.

Baca Juga :  Dosen Pulang Kampung IPB University Ajarkan Pengembangan Produk Teh Krisan, Bantu Pemulihan Usaha Petani Bunga Terdampak COVID-19

Masalah marine debris bukan hanya masalah regional melainkan sudah menjadi masalah global yang perlu diselesaikan secara bersama sama. Oleh karena itu,
Dekan FPIK IPB University, Dr Fredinan Yulianda merekomendasikan beberapa hal yang dapat ditindaklanjuti yaitu membangun budaya untuk mengelola sampah, melengkapi sarana dan fasilitas yang mendukung, melakukan penegakan hukum ketika budaya dan sarana sudah siap.

“Sampah plastik ini juga berisiko terhadap kesejahteraan bersama dalam jangka panjang bagi rakyat Indonesia,” ucap Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste.

Kahkonen menambahkan Indonesia sudah menguras biaya hingga 415 juta dolar setiap tahunnya karena kerugian dan upaya penanggulangan sampah plastik di laut.  Lebih lanjut ia menyampaikan perguruan tinggi sebagai lembaga think tank dan komunitas berbasis sains, telah memainkan peran penting dalammemberikan masukan untuk agenda pembangunan pemerintah. Apalagi bersama Pemerintah Indonesia dan swasta, perguruan tinggi  telah lama menjadi mitra Bank Dunia dalam menyampaikan penelitian dan studi inti yang dibutuhkan untuk mendukung pemerintah Indonesia. Akhir tahun 2025, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi sampah plastiknya hingga 70% dari jumlah yang ada sejak tahun 2017.