close

Implementasi Matching Fund Kedaireka, UTU Kirim Mahasiswa Membina Desa Stunting

MEULABOH, UTU – Universitas Teuku Umar (UTU) kembali mengirimkan mahasiswa untuk turut serta dalam upaya penurunan prevelansi stunting melalui program Matching Fund Kedaireka. Kali ini UTU menerjunkan 12 orang mahasiswa ke empat desa di Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat, Kamis, 30 September 2021. Nantinya mahasiswa akan mendapatkan konversi nilai sebanyak 20 sks sesuai dengan kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka.

Ketua Tim Kreasi Reka UTU, Sukma Elida, SKM., M.Kes menjelaskan mahasiswa bersama dengan tim akan mendampingi masyarakat dalam kegiatan bina desa selama enam bulan. “Rangkaian kegiatan bina desa dalam bentuk pemberdayaan masyarakat, mulai dari ibu hamil, tokoh masyarakat, kader desa, hingga bayi usia dua tahun,” tambahnya.

Acara konsolidasi dan serah terima mahasiswa bina desa program matching fund ini berlangsung di Aula Kecamatan Kaway XVI. Seluruh hadirin mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Turut hadir perwakilan dari Puskesmas setempat, perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, dan juga unsur Forkompimcam.

Baca Juga :  Kiprah Mahasiswa Undiksha: Cinta “Fashion” Berujung Jadi Usaha

Mahasiswa yang terlibat berasal dari dua program studi, yaitu Kesehatam Masyarakat dan Ilmu Komunikasi. Program kreasi reka yang lolos pendanaan Program Matching Fund Kedaireka adalah pengembangan model intervensi stunting berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat. Mitra dalam kreasi reka ini adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat. Empat dosen UTU yang terlibat adalah Firman Parlindungan, Ph.D dari Program Studi Ilmu Komunikasi, Enda Silvia Putri, SKM., M.Kes dan Arfah Husna, SKM., MKM dari Program Studi Kesehatan Masyarakat.

Mahasiswa bina desa tersebut diserahkan kepada Camat Kaway XVI dan disaksikan oleh empat kepala desa sasaran, yaitu Desa Puuk, Desa Tanjong Bungong, Desa Tanjong, dan Desa Pungki. Camat Kaway XVI, Drs. Sabirin dalam sambutannya menyampaikan “kami menyambut baik mahasiswa dan program kedaireka ini. Kami juga mengimbau kepada kepala desa untuk serius dalam menangani stunting di desanya karena sangat penting bagi masa depan SDM kita. Kepala Desa juga dapat mengalokasikan dana desa untuk penanggulangan stunting”.

Baca Juga :  Rektor Resmikan Penggunaan MIC UGM Sebagai Selter Pasien Covid-19

Disamping itu, Rektor Universitas Teuku Umar, Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE., MBA, menjelaskan bahwa UTU sangat serius dan fokus dalam upaya penurunan prevalansi stunting. Selain program Matching fund Kedaireka ini, UTU juga sedang mengikuti Program Kompetisi Kampus Merdeka yang juga fokus dengan stunting. Beliau menjelaskan bahwa “Penanggulangan stunting tidak perlu menunggu kaya. Kita dapat memanfaatkan pangan lokal untuk mengubah pola asupan gizi ibu hamil dan bayi, itulah yang saat ini dikembangkan oleh UTU. Sanitasi lingkungan dan pola asuh juga perlu kita intervensi. Harapannya dengan edukasi yang tepat, stunting di Aceh dapat kita selesaikan”.