Cegah Hama Pala, Tim Kedaireka UTU Lakukan Pendampingan Petani Pala di Aceh Selatan
MEULABOH, UTU | Tim Matching Fund Kedaireka Universitas Teuku Umar (UTU) melakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) dan pendampingan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) hama dan penyakit terpadu tanaman pala di UPTD Sentra IKM Pala Aceh Selatan, Kamis 6 Oktober 2022. Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Kepala UPTD Sentra IKM Pala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM Kabupaten Aceh Selatan, Munahar, SP.
Ketua Tim Matching Fund Kedaireka, Dr. Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si mengatakan kegiatan Bimtek tersebut merupakan bagian dari kegiatan Matching Fund Kedaireka yang bertema “Scale UP Penguatan UPTD Sentra IKM Pala Aceh Selatan dari Hulu dan Hilir” yang merupakan kelanjutan kegiatan Kedaireka tahun sebelumnya
“Pala merupakan salah satu produk unggulan di Aceh Selatan. Di sentra IKM pala Aceh Selatan kebutuhan bahan baku pala seringkali mengalami kekurangan. Supply bahan baku pala mengalami penurunan disebabkan banyak tanaman pala mengalami penurunan produksi,” Ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa, setelah diidentifikasi, supply pala menurun disebabkan oleh hama dan bermacam penyakit yang menggrogoti tanaman pala. Alih-alih balik modal, justru tidak jarang petani gagal panen. Situasi ini memprihatinkan, sebab banyak masyarakat petani Aceh Selatan menggantungkan pendapatan dari hasil panen pala.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UTU itu juga mengatakan bahwa sebagian besar tanaman pala diserang hama Penggerek Batang (Batocera sp.), sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman pala adalah jamur akar putih yang disebabkan oleh patogen Rigidoporus lignosus. Dalam jangka panjang hama dan patogen tersebut dapat menyebabkan penurunan produksi hasil tanaman pala bahkan mengakibatkan kematian pada batang.
Dilanjutkannya, upaya pengendalian hama dan penyakit terpadu tanaman pala dapat dilakukan memadukan berbagai teknik pengendalian yaitu dengan memanfaatkan varietas tahan, kultur teknis, dan pengendalian hayati, penggunaan pestisida menjadi alternatif terakhir apabila teknik pengendalian lainnya tidak berhasil dilakukan. Ujar Irvan Subandar dalam sesi materi yang disampaikannya
“Sebenarnya sumber agensia pengendali hayati penyakit yang disebabkan jamur akar putih sangat mudah didapatkan di alam oleh petani. Hanya saja, selama ini petani pala banyak yang tidak tahu kalau agensia hayati dapat dieksplorasi dengan mudah dan dapat dirangsang pertumbuhannya dengan menggunakan bahan organik. Ketidaktahuan itu menyebabkan petani menggunakan pestisida sintetis yang mengandung zat kimia. Selain berdampak terhadap lingkungan, penggunaan pestisida sintetis dapat menimbulkan efek residu yang dapat mempengaruhi tanaman dan kualitas pala. Bahan organik yang diolah menjadi kompos dapat menjadi wadah yang baik bagi pertumbuhan agensia hayati seperti Trichoderma sp. Kompos berbahan Trichoderma sp. (Trichokompos) memberikan dua manfaat sekaligus kepada petani, yaitu sebagai pupuk organik dan sebagai agen pengendali hayati penyakit pala,” Tutupnya.
Sementara itu, Kepala UPTD Sentra IKM Pala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM Kabupaten Aceh Selatan, Munahar, SP mengatakan masyarakat perlu mengikuti Bimtek ini agar para petani memiliki pengetahuan yang mendalam bagaimana cara mengesplorasi agen hayati dan mengolah sendiri bahan-bahan baku organik menjadi trichokompos dan semacamnya, hingga menjadi pupuk organik yang dapat digunakan.
Ia menambahkan, keunggulan pupuk jenis ini selain tidak mahal, juga ramah lingkungan. Secara tidak langsung petani dapat meminimalkan kerugian akibat organisme pengganggu tanaman (OPT). Oleh karena itu, Bimbingan Teknis berbasis sumber hayati perlu dilakukan secara kontinu, diharapkan penggunaan pestisida bisa dibatasi dan penggunaan pupuk organik berbasis agen hayati ditingkatkan supaya ada peningkatan hasil panen pala di Aceh Selatan.