Diskusi PKSPL IPB University Ungkap Kunci Penting Pembangunan Perikanan Berkelanjutan
Program pembangunan perikanan berkelanjutan menjadi kerangka bersama dalam mengawal investasi perikanan, dapat berlangsung tanpa menyebabkan terjadinya degradasi stok. Demikian intisari pemikiran yang disampaikan Direktur Perikanan dan Kelautan Baadan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Dr Sri Yanti pada Workshop Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan, (20/4). Kegiatan ini digelar Bappenas bersama Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dengan dukungan Program Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI CFF).
Lebih lanjut disampaikan bahwa selain sustainable dalam stok tangkap, yang diperhatikan adalah kemampuan daya dukung ekosistem dan pengendalian pencemaran. Sementara itu dalam mengimbangi permintaan pasar (baik dalam dan luar negeri), maka sustainability food consumption harus diperkuat dengan memperkuat budidaya. Permintaan pasar terhadap bahan pangan dari ikan yang suplainya tidak bisa dipenuhi dari perikanan tangkap maka dapat diisi dari perikanan budidaya. Baik budidaya laut, budidaya payau, maupun budidaya air tawar.
“Dengan platform Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) berbasis manajemen, diharapkan dapat diakselerasi pengembangan yang lebih terukur, produktif, berbasis ekosistem dan berkelanjutan. Penguatan perspektif sustainable fisheries ini dilakukan dengan melibatkan berbagai kompetensi dan keilmuan. Dalam praktik-praktik tersebut sekarang ini, Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) memulai program di wilayah Papua Barat terutama di Raja Ampat,” ujarnya.
Dr Luky Adrianto, Senior Advisor PKSPL yang juga Dosen IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) menyampaikan bahwa sustainable fisheries sudah jadi keharusan dan sebuah diskusi yang tidak ada hentinya (fisheries management never ending). Untuk itu perlu penguatan oleh semua pihak (multistakeholder) sehingga framework pembangunan perikanan menjadi sama pada semua pihak, baik itu pengusaha, pemerintah, perguruan tinggi, non profit organization, media. Dalam konteks sumberdaya, Dr Luky juga menyampaikan bahwa praktik pengelolaan perikanan berkelanjutan juga dilakukan berbasis WPP, sehingga tidak terjadi overshot usaha perikanan.
Kepala PKSPL yang juga Dosen IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK, Dr Yonvitner menyampaikan bahwa setidaknya ada empat catatan penting dalam mewujudkan perikanan berkelanjutan. Pertama, rancangan pengelolaan perikanan harus adaptif dengan berbasis data dan informasi yang terukur. Sehingga rancangan keterukuran dan ketelusuran sebagai bagian dari assessment utama serta berbasis multi stakeholder.
Kedua sustainable supply dan demand harus diukur secara baik agar tidak terjadi overshot produksi perikanan. Ketiga kemampuan daya dukung dan resiliensi menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan kaitannya dengan dorongan untuk memacu investasi (business approach) . Dan keempat kesejahteraan ekonomi masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan (social-economic sustainability).
Sementara itu, menurut Setyawati M.NatRes.Econ yang juga Koordinator Perikanan Bappenas mengatakan bahwa praktik-praktik investasi yang berpotensi menurunkan daya dukung dan meningkatkan risiko terhadap ekosistem harus dihindari dan menjadi perhatian dalam FMP (fisheries management plan) Indonesia. Dengan demikian, perikanan dan kelautan untuk kesejahteraan rakyat dan ekonomi bangsa dapat terwujud. Dan sustainability adalah nilai yang selalu harus hadir sampai kapanpun (sustainability never ending). (yon/Zul)