close

KKN Mandiri ITS Manfaatkan Limbah Tambak Udang Menjadi Kitosan

Mahasiswa Departemen Kimia ITS yang menginisiasikan pengolahan limbah tambak udang menjadi kitosan

Kampus ITS, ITS News — Limbah kulit udang hasil tambak menjadi masalah yang terus menghantui warga Desa Pagerkidul, Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Atasi masalah tersebut, Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengolah limbah kulit udang menjadi serbuk kitosan.

Salah satu anggota KKN Mandiri, Anifatihatul Maslahah menerangkan, sebagai salah satu desa penghasil limbah tambak udang terbesar di Kabupaten Pacitan, masyarakat setempat masih terkendala dalam mengolah limbah. “Oleh karena itu, kami hadir memberikan sosialisasi dan pembekalan pengolahan limbah tambak,” terang perempuan yang akrab disapa Fety tersebut.

Lebih dalam, Fety menjelaskan bahwasanya KKN yang ia dan timnya usut diselenggarakan menjadi dua kloter. Kloter pertama berlangsung selama lima hari, sejak 23 Juli 2023 dan kloter kedua berlangsung selama lima hari, mulai 5 Agustus 2023. “Pada kloter pertama, kami melakukan sosialisasi pengolahan limbah udang menjadi kitosan. Sedangkan, pada kloter dua para warga setempat menjajal langsung pembuatannya,” ungkapnya.

Baca Juga :  Mahasiswa IPB University Raih Penghargaan Internasional Pengembangan Produk Pangan
Sosialisasi pembuatan kitosan oleh KKN Mandiri ITS kepada warga Desa Pagerkidul, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur

Membahas sosialisasi lebih rinci, Fety memaparkan bahwa terdapat empat proses yang perlu dilalui untuk menyulap tumpukan limbah udang menjadi kitosan. “Antara lain preparasi, deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi kitin menjadi kitosan,” ungkap mahasiswa Departemen Kimia tersebut.

Pada tahap preparasi atau persiapan, Fety menuturkan, kulit dan kepala udang yang telah dipisahkan dari dagingnya akan dicuci hingga bersih. Usai dicuci, kulit tersebut nantinya akan dikeringkan di bawah sinar matahari untuk dihaluskan menjadi serbuk. Setelah itu, serbuk akan diayak untuk menghasilkan serbuk yang lebih halus agar bisa diteruskan ke proses berikutnya.

Beranjak dari tahap preparasi, proses dilanjutkan dengan tahap deproteinasi. Pada tahap ini, imbuh Fety, serbuk udang yang telah kering ditimbang dan dicampurkan ke dalam larutan natrium hidroksida pada suhu 65 derajat. Campuran tersebut kemudian diaduk selama dua jam, lalu disaring dan diuji dengan ninhidrin. “Pengujian ini berperan untuk memastikan bahwa serbuk sudah tidak mengandung protein,” ungkapnya.

Salah satu warga Desa Pagerkidul saat menjajal pembuatan kitosan secara mandiri

Usai memastikan bahwa tidak ada protein pada serbuk udang, tahap selanjutnya ialah demineralisasi. Mahasiswa angkatan 2021 tersebut mengungkapkan, proses ini dilakukan dengan mencampur serbuk yang telah diuji ninhidrin dengan larutan asam klorida. Setelah dilarutkan, campuran tersebut akan diaduk selama 30 menit. Nantinya, campuran tersebut kembali disaring dan dioven selama enam jam, hingga menjadi kitin.

Baca Juga :  Studsy Band Raih Banyak Penghargaan di Piala Raja Hamengku Buwono X Tahun 2023

Tiba di tahap pengolahan terakhir, serbuk kitin yang menjadi cikal bakal dari kitosan akan dicampurkan kembali dengan natrium hidroksida sebanyak 50 persen dan dipanaskan pada suhu 120 derajat. Setelah diaduk selama dua jam, terang Fety, campuran tersebut akan disaring dan dinetralkan menjadi kitosan. “Nantinya, kitosan dapat diolah menjadi banyak hal, seperti obat anti kolesterol, tabir surya, dan lainnya,” tandasnya.

Tim KKN yang dibimbing oleh Lukman Atmaja PhD tersebut berharap agar para warga setempat dapat membuat kitosan secara mandiri lewat sosialisasi dan pembekalan yang telah mereka lengkapi dengan penghibahan alat. “Dengan begitu, limbah tambak udang yang menumpuk dapat menghadirkan manfaat bagi Desa Pagerkidul,” pungkas Fety berharap. (HUMAS ITS)