close

Mahasiswa ITS Rancang Strategi Guna Kurangi Jumlah Emisi Karbon

Tim Macario ITS yang berhasil menyabet gelar juara ketiga di GAMA BCC 2022 dengan idenya terkait Net Zero Emission
Tim Macario ITS yang berhasil menyabet gelar juara ketiga di GAMA BCC 2022 dengan idenya terkait Net Zero Emission

Kampus ITS, ITS News – Indonesia kini tengah berkomitmen untuk mengurangi jumlah emisi karbon dengan menetapkan target pada 2060 atau lebih cepat. Mendukung hal tersebut, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengambil peran dengan merancang sebuah strategi terkait Net Zero Emission (Nol Emisi Karbon) melalui pendekatan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

Adalah Annisa Ramadhani dan Reyhan Hamdan Ibda’u Atma dari Departemen Teknik Sistem dan Industri angkatan 2019, serta Anisa Luthfiah Amalia dari Departemen Manajemen Bisnis angkatan 2019 yang tergabung dalam Tim Macario. Sebagai perwakilan tim, Annisa menjelaskan bahwa fokus utama dari inovasi ini adalah pengurangan emisi karbon sebesar 38 persen di tahun 2040 mendatang.

(dari kiri) Annisa Ramadhani, Reyhan Hamdan Ibda'u Atma, dan Anisa Luthfitah Amalia dari Tim Macario ITS
(dari kiri) Annisa Ramadhani, Reyhan Hamdan Ibda’u Atma, dan Anisa Luthfitah Amalia dari Tim Macario ITS

Ide ini, lanjut Annisa, pernah diusulkan oleh Tim Macario untuk ajang Gadjah Mada Business Case Competition (GAMA BCC) 2022 yang diadakan oleh Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (KAFEGAMA), beberapa waktu lalu. Kompetisi ini turut menggandeng PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) sebagai mitra penyelenggaranya. “Maka dari itu, sasaran dari ide kami adalah PT PKT,” ungkapnya.

Annisa menambahkan bahwa secara garis besar, terdapat lima hal yang menjadi cikal bakal ide ini. Pertama adalah kegiatan produksi pupuk yang ditengarai menjadi penyumbang terbanyak gas amonia. “Alasan kedua adalah hadirnya regulasi baru pemerintah terkait pajak emisi gas karbon yang mengharuskan pelaku ekonomi beralih ke aktivitas ekonomi hijau,” papar mahasiswi berhijab tersebut.

Baca Juga :  Nogogeni ITS Siap Juarai KMHE 2023

Di samping itu, lanjutnya, harga produk yang meningkat serta pesatnya teknologi kompetitor juga dinilai menjadi alasan lainnya. “Ditambah, kini telah terjadi pergeseran pasar di dunia agribisnis dengan hadirnya sustainable product atau produk ramah lingkungan,” terang gadis kelahiran Lumajang, 10 Desember 2001 tersebut.

Dalam penyusunan ide ini, menurut Annisa, Tim Macario menggunakan metode analisis Threats, Opportunities, Weaknesses, Strengths (TOWS), metode micro, metode macro, serta metode QSPM. Metode TOWS sendiri, timpal Annisa, digunakan untuk mendapatkan kebijakan strategis dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang dimiliki PT PKT.

Selanjutnya, papar Annisa, metode micro dilakukan dengan memahami persaingan suatu industri, mengidentifikasi posisi bisnis, serta memposisikan perusahaan agar lebih unggul daripada kompetitor. “Sedangkan analisis macro dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi suatu perusahaan,” terang Annisa lebih lanjut.

Terakhir, dijelaskan Annisa, metode QSPM digunakan sebagai upaya penentuan prioritas alternatif strategi yang diperoleh dari analisa Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT). Hasil dari analisis metode ini adalah PT PKT dapat mengimplementasikan developing new business & technologies menjadi strategi yang tepat sembari menunggu Carbon Capture Storage (CCS) berhasil dibentuk di tahun 2040 mendatang.

Baca Juga :  Dosen dan Alumni ISI Yogyakarta Raih Anugrah Kebudayaan Gubernur DIY 2021

Berkat pemikiran baru ini, Tim Macario telah berhasil menyabet juara ketiga di ajang GAMA BCC 2022 tersebut. Dalam kompetisi tersebut, Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nawal Nely selaku juri memberikan respon yang positif terhadap ide itu. Ia pun memberi masukan kepada Tim Macario untuk kembali menggali informasi model bisnis dan memperhatikan kelayakan dari segi finansial.

Dalam penyusunan ide ini, Annisa mengaku bahwa timnya secara aktif melakukan bimbingan secara asinkronus maupun sinkronus dengan dosen pembimbingnya, Niniet Indah Arvitrida ST MT PhD. “Di samping itu, kami juga berusaha mencari referensi dari jurnal serta aktif mengamati kompetisi lain yang serupa,” ungkapnya.

Di kesempatan mendatang, mahasiswi dengan hobi menulis ini berharap timnya dapat mengikuti lagi kompetisi-kompetisi terkait business case lainnya. “Karena dengan begitu, kami merasa didorong untuk berpikir kritis dan paham akan permasalahan di dunia industri,” pungkasnya. (HUMAS ITS)