Merajut Persatuan Sambil Berdampak melalui KKN Kebangsaan
Banyak pengalaman pembelajaran yang bisa didapatkan mahasiswa selama di bangku kuliah. Pengalaman itu tak hanya sekadar untuk mengasih kompetensi mahasiswa, tapi juga dapat menjadikannya berdampak bagi masyarakat luas. Salah satunya dengan mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Siapa yang tak tahu KKN? Program ini banyak ditemui di perguruan tinggi sebagai kegiatan intrakurikuler. Di beberapa perguruan tinggi, KKN merupakan bagian integral dari kurikulum yang mengintegrasikan pengalaman belajar mahasiswa dengan realitas kehidupan di masyarakat. KKN memadukan darma pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sekaligus dalam satu kegiatan.
Program KKN yang sejak lama telah berjalan di perguruan tinggi Indonesia, ada yang dilaksanakan secara mandiri oleh perguruan tinggi masing-masing, secara sektoral ataupun regional. Namun sejak tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu mewadahi perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk melakukan KKN secara nasional melalui KKN Kebangsaan. KKN Kebangsaan menjadi kegiatan tahunan berskala nasional yang diselenggarakan kementerian dan diikuti ratusan mahasiswa se-Indonesia.
Pelaksanaan KKN Kebangsaan bekerja sama dengan perguruan tinggi sebagai mitra penyelenggara. Kementerian tiap tahunnya menetapkan satu perguruan tinggi sebagai tuan rumah. Dalam KKN Kebangsaan, perguruan tinggi saling berkolaborasi mengimplementasikan ilmu pengetahuan untuk mengentaskan permasalahan masyarakat yang ada di berbagai daerah provinsi dan kabupaten di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk ke wilayah daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T), dan bahkan ke wilayah perbatasan negara.
Melalui KKN Kebangsaan mahasiswa diharapkan mampu mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi, mengembangkan soft skills khususnya dalam kemampuan pemecahan masalah secara nyata di masyarakat, serta mematangkan kepribadian guna menumbuhkan jiwa kebangsaan dan cinta tanah air. Mahasiswa dari berbagai belahan Indonesia akan membangun jaringan untuk merajut persatuan serta kesatuan NKRI, tak hanya antarmahasiswa tapi juga dengan komponen bangsa yang lain.
Tahun ini adalah tahun kesebelas penyelenggaraan KKN Kebangsaan. Universitas Tanjungpura didapuk sebagai penyelenggara. Tercatat sebanyak 951 mahasiswa dari 74 perguruan tinggi yang mengikuti KKN Kebangsaan XI. Ratusan mahasiswa tersebut melakukan KKN di Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sambas. Kedua kabupaten ini berbatasan dengan Malaysia.
Penempatan mahasiswa di daerah perbatasan menjadi momen yang menantang bagi mahasiswa untuk terus memastikan dan melestarikan nilai-nilai kebangsaan di wilayah perbatasan. Di sini mahasiswa dituntut mampu memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di wilayah tersebut melalui berbagai program kegiatan.
Hafiza, salah satu peserta KKN Kebangsaan XI dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menceritakan program kegiatan yang dilakukannya di Desa Sabente, Kabupaten Bengkayang. “Ada beberapa kegiatan yang saya lakukan yaitu program pengaktifan perpustakaan Desa Sebente, bimbel gratis bagi warga Desa Sebente, pengajian gratis, sosialisasi masyarakat peduli kebakaran hutan dan lahan, klinik konsultasi hukum, serta pembuatan peta digital Desa Sebente,” tutur Hafiza pada wawancara daring (4/10).
Hafiza juga menyebutkan bahwa program sosialisasi masyarakat peduli kebakaran hutan dan lahan hadir sebagai solusi praktis dari permasalahan saat itu. Mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB tersebut menjelaskan bahwa saat itu masih marak kasus pembakaran hutan dan lahan. Selain itu, masih ada masyarakat yang tidak melapor terlebih dahulu saat ingin membakar lahan, padahal Desa Sebente sudah memiliki kelompok Masyarakat Peduli Api. Kondisi inilah yang mendorong Hafiza bersama kelompoknya melakukan sosialisasi tersebut.
Cerita lain juga datang dari Irfan, mahasiswa Universitas Bengkulu yang melaksanakan KKN Kebangsaan di Desa Simpang Empat, Kabupaten Sambas. Permasalahan utama di Desa Simpang Empat adalah stunting sehingga Irfan bersama kelompoknya melakukan sosialisasi untuk mencegah stunting.
“Di Desa Simpang Empat, stunting menjadi masalah yang tidak bisa dihindari karena yang mengidap stunting cukup banyak. Oleh karena itu, kami memberikan sosialisasi kepada masyarakat di desa dan sekolah agar bisa menghindari stunting dan menekan angka stunting yang ada di Desa Simpang Empat,” jelas mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika itu.
Selain melakukan sosialisasi untuk mencegah stunting, Irfan dan timnya juga melaksanakan penanaman toga atau obat keluarga serta pengembangan wisata dan ekonomi kreatif yang ada di Desa Simpang Empat. Irfan juga bercerita bahwa program KKN Kebangsaan ini mengajarkannya untuk bisa bekerja sama dan beradaptasi di lingkungan baru yang penuh kesederhanaan. Selain itu, melalui KKN Kebangsaan mahasiswa juga bisa membangun relasi dengan mahasiswa di seluruh Indonesia. Bahkan, Hafiza yang melakukan KKN Kebangsaan di Desa Sebente merasa memiliki keluarga dan kampung halaman baru yaitu di Desa Sebente.
Manfaat luar biasa dari KKN Kebangsaan ini tentu harus selalu didukung dengan semangat mahasiswa Indonesia untuk bisa bermanfaat serta mengabdi bagi masyarakat khususnya di daerah perbatasan. Hafiza sebagai peserta KKN Kebangsaan XI juga menyampaikan pesannya bagi mahasiswa yang ingin mengikuti KKN Kebangsaan di periode berikutnya.
“Ikutilah seluruh rangkaian dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan, karena belum tentu orang lain mendapat kesempatan yang sama. Seluruh proses KKN Kebangsaan akan menjadi pengalaman berharga maka bersiaplah,” pungkas Hafiza.
Penulis:
Mustika Maharani – Mahasiswa Magang MSIB Ditjen Dikti, Batch 5