close

Berawal dari Hobi dan Tugas Kewirausahaan

Memiliki hobi yang sama di bidang lettering membuat Fitri Nurdiansyah, Amalia Winda Prada, Igadya Muzdalifah, Kiki Widia Martha, dan Ledy Dian Sari, mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menciptakan produk bernama Lunik alias Lettering Unik.

Hobi itu semakin terasah saat kelimanya mendapat tugas mata kuliah kewirausahaan di bangku perkuliahan. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, mereka dengan tangkas dan cekatan mengkreasikan hobi tersebut hingga menjadi bisnis yang turut menambah pundi-pundi keuangan.

“Lunik sendiri sebenarnya berawal dari tugas kewirausahaan pada tahun 2019. Kebetulan kita berlima memiliki hobi di bidang lettering dan salah satu anggota kami ada yang sudah jago, akhirnya kami memutuskan untuk bikin Lunik,” ungkap Fitri.

Lunik merupakan produk seni menggambar huruf atau tulisan. Spesifiknya, produk ini merupakan cara bagaimana seorang kreator mengkreasikan sekaligus mempercantik tulisan sekreatif mungkin. Dengan demikian, sentuhan-sentuhan itu mampu menarik pembaca untuk mudah memahami pesan yang digoreskan lewat tulisan.

“Kami berfikir jika lettering bisa dikreasikan sesuka hati. Selain itu, dapat diaplikasikan di media yang sederhana dan mudah dicari seperti buku catatan, kartu ucapan, bantal, lettering in frame, kayu, serta tembok (mural),” kata Fitri.

Produk lettering menyasar sesama mahasiswa Unesa. Harga yang dibandrol disesuaikan dengan besar kecilnya serta tingkat kerumitan desain produk. “Harga yang kami berikan bergantung pada pesanannya. Tentunya juga disesuaikan dengan isi dan tingkat kerumitan,” tutur Fitri.

Saling Berbagi Tugas

Agar tidak kelabakan menjalankan bisnis lettering, kelimanya saling berbagi tugas. Fitri bertindak sebagai penanggung jawab keseluruhan termasuk dalam hal administrasi dan keuangan. Amalia selaku trainer dan penanggung jawab desain. Igadya selaku penanggung jawab desain, Kiki selaku penanggung jawab pemasaran dan Ledy selaku penanggung jawab produksi. “Kita memiliki tugas masing-masing karena ada proyek yang bisa dikerjakan bersama, tapi tidak jarang proyek itu dikerjakan secara bergantian,” kata Fitri.

Baca Juga :  Ditjen Dikti Kolaborasi dengan SWA Media Group, Realisasikan Ekosistem Reka Cipta Indonesia

Di tengah masa pandemi, proses penjualan sempat berhenti selama beberapa bulan. Hingga pada Juli 2020, mereka kembali membuka usahanya secara online. Skemanya tetap berbagi tugas sesuai kemampuan masing-masing untuk melakukan penjualan di daerah asal. “Semuanya bisa diorder secara online lewat Instagram @Lettering_unik dan akun shopee. Bisa dikirim ke pembeli tanpa bertemu secara langsung,” jelasnya.

Dalam mengembangkan usahanya, Fitri bersama rekan-rekan senantiasa melakukan diskusi dengan dosen mata kuliah kewirausahaan, Fera Ratyaningrum, S.Pd, M.Pd dan DPA Muchlis Arif, S.Sn, M.Sn. “Mereka sangat mendukung Lunik dan memberikan wawasan tentang kewirausahaan sehingga Lunik bisa terus berkembang,” tambah Fitri.

Tidak hanya berbisnis, Fitri bersama teman-temannya turut membagikan ilmu melalui kegiatan workshop lettering dan open stand. Ilmu yang dibagikan tidak asal-asal, melainkan runut karena mereka sudah membuat modul pengajaran sehingga ketika memberikan workshop lettering ada tahapan yang diberikan diantaranya pengenalan, penyampaian materi dan praktik yang dibimbing langsung oleh tim Lunik.

“Saat workshop, kami juga menyediakan beberapa alat dan bahan untuk belajar lettering, seperti brushpen, pensil dan medianya seperti kertas dalam bentuk kartu ucapan dan juga notebook Lunik. Nanti peserta bisa membawa pulang hasil karya dari workshop lettering,” pungkasnya.

Baca Juga :  435 Mahasiswa Unsri Ikuti KKN Tematik di 4 Kabupaten

Sehari Hasilkan 50 Pesanan Lunik

Sebelum pandemi mewabah di Indonesia, dalam sehari pesanan yang dihasilkan Fitri bersama rekan-rekan sebanyak 50 Lunik. Namun, di awal masa pandemi, Lunik tidak menerima pesanan. Hal tersebut dikarenakan ketidakleluasaan anggotanya mengerjakan pesanan. Terlebih, kendala susahnya untuk bertemu dan berdiskusi secara langsung. “Karena biasanya kami bersama ada di Surabaya dan kami kuliah sambil menjalankan usaha Lunik, tapi semenjak pandemi kami pulang ke daerah kami masing-masing,” ungkapnya.

Meski demikian, situasi akibat pandemi tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus mengembangkan Lunik agar eksis berkarya. Komunikasi menjadi kunci utama bisnis Lunik terus berjalan. Melalui whatsapp group mereka aktif bertukar ide untuk mengembangkan Lunik.

Beberapa pengembangan dilakukan di tengah pandemi agar mendapat respon teman-teman dari beberapa kota terkait pandemi covid-19 dengan membuat video kompilasi lettering dan ilustrasi.

“Kami juga mengembangkan ide-ide baru walaupun di rumah aja dengan mengembangkan lettering dengan berbagai media lain seperti lettering di bantal printing dan kaos serta membuat karya-karya lettering digital yang bisa di aplikasikan di berbagai media tersebut,” jelas Fitri.

Tentu, pencapaian ini menjadi kebanggaan bagi Fitri bersama timnya. Sekalipun masih duduk di bangku perkuliahan, pencapaian ini juga cukup menjawab tantangan generasi di zaman milenial yang dituntut serba bisa.

“Dari Lunik kami belajar banyak hal dan pengalaman baru. Kami juga termotivasi untuk tetap berproses, terus maju dan berkembang. Lunik yang awalnya hanya tugas kuliah kewirausahaan kini membuat kami produktif berkarya dan berwirausaha,” tandas Fitri.